Ramai Dibahas di Medsos, Kenapa CCTV Mati saat Demo Tolak Omnibus Law? Ini Penjelasan Pemprov DKI
Dugaan CCTV sengaja dimatikan ketika demo tolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja pada Selasa (13/10/2020) ramai dibicarakan di media sosial.
SERAMBINEWS.COM - Dugaan CCTV sengaja dimatikan ketika demo tolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja pada Selasa (13/10/2020) ramai dibicarakan di media sosial.
Kejadian CCTV mati ini terjadi di beberapa titik.
Dari Flyover Jati Baru, Cideng Barat, Hasyim Ashari, Medan Merdeka Selatan, perempatan Abdul Muis, Pramuka Raya, hingga Bundaran HI.
Tudingan CCTV sengaja dimatikan ini langsung ditanggapi oleh Kepala UP Jakarta Smart City Diskominfotik DKI Jakarta Yudhistira Nugraha.
Yudhis menampik, Pemprov DKI ataupun penyedia layanan dengan sengaja mematikan sejumlah CCTV di titik-titik tersebut.
Baca juga: Tetesan Air Mata Istri Dapat Hadiah dari Suami Berprofesi Tentara, Lama tak Pulang Demi Tugas Negara
Baca juga: Jokowi Akhirnya Terima Draf Final UU Cipta Kerja dari DPR RI, Terdiri atas 812 Halaman
Baca juga: Tak Hanya SBY yang Difitnah, Anaknya AHY Juga Merasa Dituduh Jadi Dalang Demo UU Cipta Kerja
"Untuk akses CCTV masih bisa diakses khususnya CCTV Bali Tower melalui Aplikasi Molecool yang diakses melalui JAKI. Tidak ada CCTV yang dimatikan," kata Yudhis, Rabu (14/10/2020).
Yudhis menambahkan, CCTV rusak ketika demo yang pertama.
"Beberapa CCTV mati karena mengalami kerusakan pasca-demo sebelumnya dan ada beberapa jaringan yang mengalami gangguan," tambah Yudhis.
Beberapa CCTV pun ikut mengalami gangguan jaringan.
Hal ini menyebabkan CCTV tidak bisa diakses.

Rekaman CCTV polisi dikepung massa di pertigaan Jalan Sentot Alibasyah-Jalan Surapati namun berhasil diselamatkan oleh seorang mahasiswa beralamater saat demo tolak UU Cipta Kerja. (Istimewa)
Baca juga: VIRAL VIDEO Gadis Muda Lakukan Hal Tak Senonoh pada Tiang Listrik, Orang yang Melihatnya Tercengang
Baca juga: Pelajar Nekat Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja Namanya Dicatat di SKCK, Terancam Sulit Dapat Kerja
Polda Gunakan rekaman CCTV untuk selidiki mobil pemasok bom molotov
Sebelumnya, Polda Metro Jaya menggunakan rekaman CCTV dan video akan menyelidiki dugaan soal adanya mobil yang memasok bom molotov, batu-batuan, hingga makanan saat demo Omnibus Law UU Ciptakerja pada Kamis (8/10/2020).
“Soal (dugaan) ada mobil yang mengantarkan makanan ke kelompok mereka, lalu batu-batu sampai bom molotov, ini masih kita selidiki semua,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, Sabtu (10/10/2020).
“Ini masih kita kumpulkan semuanya untuk mencari dalang di belakang kelompok ini (anarko),” sambung Kombes Pol Yusri.
Menurut Kombes Pol Yusri, mereka yang diindikasi sebagai kelompok anarko tersebut melakukan perusakan terhadap fasilitas umum.
Sebut saja mulai dari pembakaran halte Transjakarta hingga pos polisi (Pospol) dan pos pengamanan (pospam).
Saat ini, Kombes Pol Yusri mengatakan, pihak kepolisian telah mengumpulkan bukti-bukti di lapangan terkait vandalisme yang dilakukan oleh mereka.
Dengan adanya bukti ini, mereka dapat diseret ke pengadilan.
“Kita sudah mengumpulkan bukti-bukti saksi yang ada, kita mengumpulkan barang bukti CCTV dan video-video pendek yang beredar di media sosial. Terus kemudian ditambah keterangan-keterangan saksi di lapangan,” tutur Yusri seperti dilansir situs resmi NTMC Polri.
Dia mengatakan, hingga saat ini polisi menangkap 285 orang terkait aksi demonstrasi penolakan Undang-undang Omnibus Law Ciptakerja.
Dari 285 orang itu, 87 orang ditetapkan sebagai tersangka dan 7 di antaranya telah ditahan di Mapolda Metro Jaya.
"Kenapa 80 nggak ditahan? Kan pasalnya ada ancaman hukuman, tergantung unsur pasalnya. Kalau yang 7 ini ancamannya di atas 5 tahun jadi ditahan," ujar Yusri.
Sementara sisanya, 80 orang, katanya, masih akan didalami lagi.
"Tapi mereka sudah jadi tersangka, ancamannya di bawah 5 tahun (penjara), jadi nggak ditahan,” jelas Yusri.
Dia menambahkan, sebanyak 7 orang yang ditahan ini dikenai pasal 170 KUHP tentang kekerasan terhadap orang atau barang.
Bahkan mereka yang dianggap sebagai kelompok anarko sempat mengeroyok petugas Kepolisian yang tengah bertugas.
“Banyak tertangkap tangan ada batu, kayu, dan lain. Sebanyak 23 petugas luka-luka tapi tinggal 4 yang rawat inap karena lukanya agak berat," ucap Yusri.
"Lukanya di bagian kepala kena ditimpuk pakai batu sama balok, dan ada yang tangannya patah,” kata Yusri
(TRIBUNNNEWSWIKI.COM/Kaka, Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewsiwki.com dengan judul Dugaan CCTV di Beberapa Tempat Sengaja Dimatikan saat Demo Tolak Omnibus Law Ramai di Media Sosial