Internasional
Thailand Berlakukan Keadaan Darurat, Ribuan Demonstran Turun ke Jalan-Jalan
Pemerintah Thailand memberlakukan keadaan darurat nasional, Kamis (15/10/2020) untuk mengakhiri aksi demo anti-pemerintah selama berbulan-bulan.
Tidak segera jelas bagaimana mereka yang ditangkap mengakses akun media sosial mereka.
Pada Rabu (14/10/2020 ada pemandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya saat pengunjuk rasa berkerumun di sekitar iring-iringan mobil kerajaan yang membawa Ratu Suthida dan Pangeran Dipangkorn.
Baca juga: Palestina Sampaikan Surat ke DK PBB, Protes Permukiman Baru Israel di Tepi Barat
Mereka mengangkat sikap menantang tiga jari yang diadopsi dari buku dan film "The Hunger Games".
"Di masa lalu ketika bangsawan lewat, kami bahkan tidak bisa berjalan di sekitar daerah itu,"kata seorang demonstrasn.
"Kami harus menghentikan semuanya dan berlutut di tanah," tambahnya di media sosial kepada AFP.
"Saya sangat terkejut, itu masih terjadi sekarang, kami banyak berubah dan itu telah bergerak maju dan kami melanggar tabu," tambahnya.
Tindakan darurat yang diumumkan Kamis juga memungkinkan penyitaan peralatan komunikasi elektronik, data, dan senjata yang diduga menyebabkan situasi darurat, kata seorang juru bicara pemerintah dalam sebuah pernyataan.
"Ini adalah perintah yang melarang pertemuan lima orang atau lebih ... dan melarang penyebaran berita melalui media elektronik yang dapat mempengaruhi keamanan nasional," kata juru bicara itu.
Tantangan nyata terhadap monarki belum pernah terdengar di Thailand, di mana pengaruh keluarga kerajaan meresap ke setiap aspek masyarakat.
Raja menghabiskan sebagian besar waktunya di Eropa, tetapi telah berada di Thailand dalam beberapa hari terakhir untuk upacara tahunan Budha dan peringatan kematian ayahnya.
Sangat kaya, ia didukung oleh militer yang kuat yang telah lama memposisikan dirinya sebagai pembela monarki serta elit penguasa.
Baca juga: Usai Demo, Kapolres Pidie Berikan Apresiasi Kepada Pendemo, Jadi Referensi Bagi Kabupaten Lain
Tetapi, tokoh oposisi terkemuka Thanathorn Juangroongruangkit memperingatkan situasi kritis dan meminta mereka yang ditangkap untuk dibebaskan.
"Pemerintah harus segera menemukan cara untuk menanggapi tuntutan pengunjuk rasa, jika tidak situasinya akan menyebar secara nasional," katanya.
Ada beberapa pemberontakan populer dalam sejarah modern Thailand yang bergolak, yang telah mengalami kerusuhan politik yang berkepanjangan dan lebih dari selusin kudeta militer sejak 1932.
Dalam protes terbaru, para pemimpin berulang kali mengatakan bahwa mereka hanya berharap monarki beradaptasi dengan zaman modern.
Tuntutan mereka termasuk penghapusan undang-undang pencemaran nama baik kerajaan yang melindungi raja dari kritik dan agar raja tidak terlibat dalam politik.
Sejak protes ini dimulai, puluhan aktivis telah ditangkap, dituduh menghasut, dan dibebaskan dengan jaminan.
"Mereka harus menghadapi prosedur hukum tanpa kecuali," ujar jubir pemerintah.(*)