Internasional
Pria Palestina Sekarat Seusai Mogok Makan Lebih 80 Hari di Penjara Israel Tidak Juga Dibebaskan
Israel telah menolak membebaskan seorang tahanan Palestina yang dikhawatirkan di ambang kematian setelah mogok makan 80 hari lebih.
“Ini anti-demokrasi dan menimbulkan bahaya nyata," ujarnya.
Tahanan administratif tidak tahu kapan mereka akan dibebaskan, karena militer Israel dapat memperpanjang perintah penahanan tanpa batas waktu.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menuntut pembebasan segera Akhras.
Baca juga: Israel Tambah 3.000 Unit Lagi Rumah di Permukiman Tepi Barat, Ledakan Bangunan Semasa Donald Trump
Pada Senin (12/10/2020), puluhan orang menghadiri demo di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki untuk mendukung Akhras.
Kelompok-kelompok Palestina juga menyerukan agar lebih banyak demonstrasi diadakan selama seminggu.
MK Yousef Jabareen mengimbau masyarakat internasional segera bertindak.
“Kami sangat khawatir tentang kondisi al-Akras dan kami menuntut kebebasan untuk dia dan semua tahanan politik,” katanya.
Lebih dari 350 warga Palestina ditahan di bawah perintah penahanan administratif pada Agustus 2020, termasuk dua anak di bawah umur, menurut B'Tselem.
Baca juga: Lebanon Menunjuk Tim Pembicaraan Perbatasan Laut dengan Israel
Juru bicara Amit Gilutz mengatakan kepada The Independent kebijakan itu adalah salah satu tindakan paling ekstrem yang digunakan Israel terhadap warga Palestina.
"Tanggung jawab atas apa yang terjadi selanjutnya terletak pada para pejabat Israel yang masih dapat memerintahkan pembebasan al-Akhars dan mencegah kondisinya semakin parah dan kemungkinan kematiannya," ujarnya.(*)