Update Corona di Aceh
Laboratorium Unsyiah Tidak Cantumkan Nilai CT Pemeriksaan RT-PCR Covid-19, Ini Penyebabnya
Nilai ambang batas itu biasa juga disingkat CT value atau nilai CT pada setiap lembar hasil pemeriksaan swab yang mereka lakukan.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
Nilai ambang batas itu biasa juga disingkat CT value atau nilai CT pada setiap lembar hasil pemeriksaan swab yang mereka lakukan.
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Banyak pihak mengeluh dan minta agar manajemen Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran (FK) Unsyiah mencantumkan nilai ambang batas (cycle threshold value).
Nilai ambang batas itu biasa juga disingkat CT value atau nilai CT pada setiap lembar hasil pemeriksaan swab yang mereka lakukan.
Lebih-lebih karena, laboratorium swasta di Aceh umumnya mencantumkan nilai CT tersebut pada lembar hasil pemeriksaan swab yang mereka keluarkan.
"Ya, kita banyak menerima komplain dari masyarakat yang paham tentang nilai CT itu, sebab nilai itu tidak kita cantumkan di dalam hasil pemeriksaan swab yang dilakukan di Unsyiah," kata Manajer Operasional Laboratorium Penyakit Infeksi FK Unsyiah, dr Ichsan MSc, menjawab Serambinews.com di Banda Aceh, Senin (18/10/2020) sore.
Menurutnya, manajemen Penyakit Infeksi FK Unsyiah punya alasan tersendiri mengapa tidak mencantumkan nilai CT tersebut pada hasil swab pasien ataupun hasil swab suspek Covid-19 yang mereka periksa.
Baca juga: Aceh Dikategorikan Daerah yang Belum Mandiri, Peringkat Ke-29 dari 34 Provinsi
Baca juga: Gempa 5,4 SR Guncang Simeulue, Getarannya Terasa Hingga Abdya, Ini Hasil Pantauan BPBK
Baca juga: Simak, Ini Cara Mudah Menghilangkan Bekas Luka Bakar, Ada Madu hingga Lidah Buaya
"Lab Penyakit Infeksi Unsyiah sengaja tidak mencantumkan CT value pada lembar hasil pemeriksaan swab karena mengikuti aturan," kata Ichsan.
Aturan yang dimaksud Ichsan adalah Surat Edaran Kemenkes RI tanggal 30 September 2020 yang ditandatangani Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Dr dr Vivi Setiawaty M.Biomed.
Pada poin ke-2 surat berisi tiga item itu disebutkan bahwa pencantuman nilai CT dalam hasil pemeriksaan RT-PCR Covid-19 tidak direkomendasikan berdasarkan guideline WHO yang menyatakan diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan nilai CT.
"Nah, guideline WHO dan Surat Edaran Kemenkes RI tentang nilai CT itu sesuai dengan keilmuan kami di Lab Unsyiah.
Sesuai juga dengan rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) Pusat. Jadi, itu sebab tidak kami cantumkan di lembar hasil pemeriksaan swab," tegas Ichsan.
Sejauh ini, lanjut Ichsan, Lab Penyakit Infeksi Unsyiah hanya mengeluarkan nilai CT dari hasil pemeriksaan swab untuk kasus-kasus khusus saja.
Misalnya, untuk pasien rawat di ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU). Itu pun harus atas permintaan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).
CT value, lanjutnya, juga diberikan untuk pasien rawat yang perlu tindakan emergency, juga atas permintaan DPJP.
"Selain itu, CT value diberikan kepada orang yang hasil swabnya positif berulang lebih dari empat kali.
Tujuannya, untuk bisa dilihat serial progress CT value dan viral load di pasien, baik atas permintaan DPJP maupun pasien," ujarnya.
Ichsan menambahkan, jika ada lab di luar sana yang selalu mencantumkan nilai CT pada hasil pemeriksaan swab RT-PCR-nya, itu mengindikasikan mereka tidak tahu dan atau enggan mengikuti panduan (guideline) yang telah ditetapkan untuk melayani konsumen dan atau sengaja melakukannya untuk mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya (profit oriented).
Menurut Ichsan, Lab Penyakit Infeksi FK Unsyiah selalu berusaha menjalankan aktivitasnya sesuai asas keilmuan, regulasi, dan pedoman (guideline) yang ada.
"Jadi, mohon jangan meminta Lab Unsyiah untuk ikut-ikutan melakukan hal yang sama, yang tidak sesuai dengan pedoman yang sudah diberikan oleh pemerintah, WHO, dan organisasi profesi yang mengerti keilmuan dengan baik," kata Dosen FK Unsyiah ini.
Dalam konteks medis, nilai CT ini berbanding terbalik dengan jumlah asam nukleat yang menunjukkan jumlah RNA virus pada sampel yang diperiksa.
Jadi, semakin tinggi nilai CT, semakin rendah jumlah RNA virus pada sampel. Sebaliknya, semakin rendah nilai CT, berarti semakin tinggi jumlah RNA virus dan semakin tinggi pula viral load pada sampel.
Viral load adalah jumlah virus yang berada atau menutupi permukaan paru-paru pasien yang terinfeksi virus, termasuk virus corona penyebab Covid-19.
Adapun RNA singkatan dari Ribonucleic Acid, merupakan molekul polimer yang terlibat di dalam berbagai peran biologis dalam mengkode, dekode, regulasi, dan ekspresi gen.
Seperti halnya DNA, RNA dirakit sebagai rantai nukleotida. Namun, RNA lebih sering ditemukan di alam sebagai untai tunggal yang melipat ke dirinya sendiri daripada untai ganda yang berpasangan.
Berbeda dengan DNA yang pada umumnya dapat dijumpai dalam inti sel, kebanyakan dari RNA justru terdapat dalam sitoplasma, khususnya pada ribosom.
Merujuk pada Wikipedia, RNA adalah hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA. Sebagai polimer gen, RNA ini jauh lebih pendek jika dibandingkan dengan DNA. (*)