Kesehatan

Awas! Gangguan Psikososial, Anak-anak Bisa Rentan Kekerasan Hingga Bunuh Diri

Psikososial anak sendiri merupakan hubungan antara kondisi mental dan emosi anak ketika Si Kecil berada di lingkungan sosialnya.

Editor: Nur Nihayati
Shutterstock
Ilustrasi 

Psikososial anak sendiri merupakan hubungan antara kondisi mental dan emosi anak ketika Si Kecil berada di lingkungan sosialnya.

SERAMBINEWS.COM - Sebagai orang tua harus memiliki cara sendiri dalam mendidik anak.

Pendidikan ini guna melahirkan anak menjadi harapan orang tua.

Perlu diketahui bahwa psikososial perlu Moms perhatikan agar tidak terjadi gangguan di kemudian hari.

Psikososial anak sendiri merupakan hubungan antara kondisi mental dan emosi anak ketika Si Kecil berada di lingkungan sosialnya.

Ketika tidak bisa mengatasinya, Si Kecil akan mengalami gangguan psikososial yang ternyata angka kasusnya sangat mencengangkan.

Baca juga: Dua Pasien Positif Covid-19 Meninggal, Gayo Lues Keluar dari Zona Merah

Baca juga: 180 Peserta Ikut Pelatihan Takmir Masjid Se-Kabupaten Bener Meriah

Baca juga: FKUB Bireuen Gelar Dialog Bersama Tokoh Agama

Pada webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau Kemen PPPA dijabarkan hasil survey nasional pengalaman hidup anak dan remaja pada 2018.

Hasil survey tersebut menunjukkan data kekerasan fisik serta kekerasan emosional yang dialami anak perempuan dan laki-laki.

Data kekerasan fisik yang dialami anak-anak yaitu 1 dari 5 anak perempuan dan 1 dari 3 anak laki-laki.

Sementara kekerasan emosional yang dialami sebanyak 3 dari 5 anak perempuan dan 1 dari 2 anak laki-laki.

Tak henti sampai di situ, hasil riset kesehatan dasar pada 2018 menunjukkan bahwa gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang 15-24 tahun sebanyak 6,2%.

Pasti Moms juga pernah mendengar berbagai pemberitaan terkait bullying, pelajar yang mengakhiri hidupnya, dan masalah lainnya yang terjadi di usia anak-anak.

Masalah-masalah tersebut muncul dari gangguan psikososial yang tidak dapat teratasi.

Lalu apa saja faktor risiko yang bisa menyebabkan gangguan psikososial?

Seorang psikolog anak, Rahajeng Ikawahyu I, M.Si, Psikolog menyebutkan faktor risiko yang bisa berujung pada gangguan psikososial yaitu kerentanan kondisi fisik, gizi, pendidikan, orientasi seksual, dan lingkungan sekitarnya.

Selain itu, perceraian juga bisa menjadi faktor risikonya karena merasa kehilangan figur dari salah satu atau kedua orangtuanya.

Pernah mengalami kekerasan baik di rumah atau pun di sekolah juga bisa menjaid faktor risikonya.

Di samping itu, kecanduan terhada permainan, gawai, internet, dan lainnya juga bisa menjadi faktor risikonya.

Untuk upaya perlindungan anak tentu saja melalui keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Dalam keluarga bisa dimulai dengan Moms membaca dan memahami terkait gangguan psikososial pada anak.

Salah satu caranya bisa melalui buku yang baru saja diluncurkan oleh Kementerian PPPA yang berjudul penanganan gangguan psikososial pada peserta didik.

Melalui buku tersebut, Moms bisa mendampingi Si Kecil dalam pemahaman terkait gangguan psikososial, pendeteksian dini, meningkatkan kepekaan pada kondisi psikososial Si Kecil, dan cara merespon kondisi anak yang berisiko atau sudah mengalaminya.

Tak hanya dalam keluarga, buku ini juga berguna untuk membantu pencegahan dan perlindungan Si Kecil di sekolah.

Hal itu karena dalam buku ini juga dapat membantu guru untuk memahami tahap perkembangan emosi dan sosial siswa dan memperluas wawasan guru sehingga menciptakan sekolah dengan lingkungan yang aman tenang, dan nyaman.

Sementara untuk perlindungan anak dalam lingkungan masyarakat Kementerian PPPA sudah menyediakan layanan SEJIWA dan program SAPA 129.

Artikel ini telah tayang di nakita.id dengan judul Hati-hati dengan Gangguan Psikososial! Anak-anak Bisa Rentan Kekerasan Hingga Bunuh Diri, Simak

Sumber: Nakita
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved