Fenomena Unik
Awan Raksasa Mirip Gelombang Tsunami Selimuti Langit Nagan Raya, BMKG Ungkap Bahayanya
Namun bentuk awan yang terlihat di beberapa kecamatan pada daratan di Nagan Raya tidak terlalu panjang seperti pernah terjadi pada Agustus lalu.
Penulis: Rizwan | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Rizwan I Nagan Raya
SERAMBINEWS.COM, SUKA MAKMUE - Fenomena alam awan raksasa mirip gelombang tsunami kembali menyelimuti langit Nagan Raya, Kamis (22/10/2020) pagi.
Awan yang diketahui bernama arcus itu muncul beberapa saat sebelum angin melanda disertai hujan.
Awan raksasa yang merupakan fenomena alam ini sebelumnya juga pernah muncul pada 10 Agustus 2020 lalu di langit Aceh Barat serta Nagan Raya.
Informasi diperoleh Serambinews.com, Kamis (22/10/2020) dari warga setempat awan mirip gelombang tsunami itu terjadi sekira pukul 07.30 WIB dan hanya sekitar setengah jam.
Baca juga: Penampakan Awan Arcus Bikin Warga Merinding, Bentuknya Mirip Gelombang Tsunami 16 Tahun Silam
Namun bentuk awan yang terlihat di beberapa kecamatan pada daratan di Nagan Raya tidak terlalu panjang seperti pernah terjadi pada Agustus lalu.
Bentuk awan juga horizontal dan beberapa menit kemudian muncul angin dan hujan sehingga kembali hilang.
Beberapa warga Nagan Raya mengaku sempat melihat awan mirip gelombang hitam muncul di langit.

"Awan itu muncul beberapa menit dan kemudian ada angin disertai hujan," ujar Muji, seorang warga Kecamatan Seunagan Timur.
Rahman, warga lain mengaku setelah diguyur hujan, awan yang sempat menyelimuti wilayah mereka kembali hilang.
Terkait fenomena alam awan yang mirip gelombang tsunami tersebut, pihak Badan Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nagan Raya ikut memberikan penjelasan ketika diminta tanggapan Serambinews.com, Kamis (22/10/2020).
"Itu awan arcus," kata Angga Yudha STr, prakirawan BMKG setempat.
Penyebab awan tersebut, kata Angga saat udara pagi yang dingin dan lembab di atas lautan bertemu dengan udara yang tiba-tiba menghangat di atas daratan.
"Beda potensial suhu dan tekanan yang besar ini mengakibatkan massa udara yang mengandung uap air dari arah laut memaksa bergerak menuju daratan," katanya.
Dengan demikian muncul awan tersebut pada arah daratan dan angin berada pada kecepatan 12 kt sampai 15 kt.
Terhadap awan tersebut, menurut Angga dampak yang dapat membahayakan adalah untuk penerbangan sehingga butuh kewaspadaan.
Jika arah angin dari samping posisi 'take off' atau 'landing' maka bisa terjadi crash akibat 'cross wind' atau angin samping yang dapat merubah acuan pendaratan yang seharusnya di tengah jadi keluar jalur.
Atau jika dari arah belakang ekor maka bisa jadi 'tail wind' atau dorongan tenaga berlebih yang mengakibatkan pesawat tergelincir.
Terhadap harapan kepada warga bila terjadi awan arcus menurut BMKG untuk tetap tenang, hindari beraktifitas di luar rumah jika tidak penting, jauhi pohon.
"Karena bisa berpotensi tumbang dan tebing gunung karena ditakutkan apabila durasi hujan lama dan deras aliran air dapat mengikis dinding tebing dan mengakibatkan longsor," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya pada 10 Agustus 2020 lalu, fenomena alam awan raksasa hitam yang sempat membuat merinding warga Nagan Raya dan Aceh Barat ternyata memicu hujan badai dan angin kencang di dua daerah itu, Senin (10/8/2020) pagi.
Awan tersebut menurut BMKG di Nagan Raya merupakan jenis awan arcus yang posisinya rendah dengan daratan.
Penampakan awan tersebut membuah heboh masyarakat dan dengan cepat tersebar di berbagai media sosial.
Tak lama setelah awan tersebut muncul lalu disusul dengan angin kencang dan hujan lebat sebelum akhirnya fenomewa awan arcus tersebut kembali hilang.

Fenomena alam awan hitam panjang, Senin (10/8/2020) pagi sekira pukul 09.00 WIB menyelimuti langit pantai barat meliputi Aceh Barat dan Nagan Raya yang merupakan kedua kabupaten tetangga.
Sementara itu, prakirawan BMKG Nagan Raya, Rezky P Hartiwi mengatakan, fenomena alam tersebut merupakan awan arcus.
"Ini termasuk dalam kategori awan Arcus. Awan ini memang tergolong awan rendah dengan single level," kata Rezky.
Dikatakannya, awan ini mengakibatkan dampak yang cukup berbahaya seperti hujan lebat disertai angin kencang, petir/kilat, hujan es dan lain-lain.
Awan arcus tidak terpantau oleh alat di BMKG sebab muncul tiba-tiba dan kembali hilang sekitar 2 jam kemudian.(*)