MUI Kecam Macron
Pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berbuntut panjang. Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) langsung memberikan reaksi terhadap
* Minta Menlu Panggil Dubes Prancis
* Negara-negara Arab Serukan Boikot Produk Kota Mode
JAKARTA - Pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berbuntut panjang. Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) langsung memberikan reaksi terhadap komentar Macron terkait pemenggalan seorang guru karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas yang ia pimpin. Macron menyebut 'sang guru dibunuh karena kaum Islamis menginginkan masa depan kita.' Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI, Muhyiddin Junaidi, mengecam keras pernyataan Presiden Prancis, tersebut.
Menurut Muhyiddin, pernyataan Macron sudah membangkitkan gerakan Islamophobia. "MUI menilai bahwa Macron secara tak langsung sudah mendukung gerakan Islamphobia. Bahkan, kecamannya terhadap pelaku pembunuhan wartawan Tabloid Charlie Hebdo sudah menempatkan Macron sebagai pemimpin Eropa yang mendukung tumbuh suburnya gerakan Islamophobia," ujar Muhyiddin, melalui keterangan tertulis, Senin (26/10/2020).
Muhyiddin menyatakan, Macron harus belajar banyak tentang toleransi beragama kepada Islam. Ia menilai kebebasan tanpa batas dan melawan norma justru akan mengakibatkan kegaduhan dan kekacauan. "MUI meminta Menlu (Menteri Luar Negeri) agar segera memanggil Dubes Prancis untuk Indonesia guna mendapatkan klarifikasi dan penjelasan komprehensif terkait pernyataan Presiden Macron," tegas Muhyiddin.
Masyarakat muslim dunia, sambung Muhyiddin, sangat geram dan menyesalkan sikap Macron. Apalagi, katanya, mengungkit kasus Charlie Hebdo di tengah pandemi Covid-19. Menurut Muhyiddin, Prancis harusnya belajar banyak dari negara Jerman. Kanselir Jerman, Angela Merkel, dinilainya cukup dewasa dalam bersikap dan menghargai perbedaan sudut pandang di negara yang heterogen.
"Ternyata, pernyataan Macron tentang Islam dan umat Islam sebagai main trigger di banyak kasus kekerasan di dunia, terutama jika umat Islam mayoritas. Ini sangat berbahaya seakan menyamakan Islam dengan agama kekerasan dan intoleran," katanya.
Padahal, menurut Muhyiddin, warga muslim di Prancis terus bertambah setiap tahun. Dikatakan, 8 juta umat muslim di Prancis punya andil besar dalam membangun negara tersebut. "Para pemain sepak bola muslim Prancis juga sudah berkontribusi besar kepada bangsa dan negara itu," pungkas Muhyiddin.
Seruan boikot
Seruan untuk memboikot barang-barang dari negara yang berjulukan ‘Kota Mode’ ini juga sudah berkembang di negara-negara Arab dan sekitarnya. Negara yang melakukan boikot antara lain Kuwait, Yordania, dan Qatar. AFP menyebutkan, sejumlah pekerja jaringan supermarket Al Meera mengeluarkan selai St Dalfour buatan Prancis dari rak.
Melalui pernyataan, Al Meera dan operator grosir lainnya, Souq Al Baladi, mengatakan menarik produk Prancis dari toko sampai pemberitahuan lebih lanjut. Al Meera sendiri bersaing dengan supermarket Prancis yang ada di Qatar yaitu Monoprix dan Carrefour. Protes terhadap pernyataan Macron juga meluas ke Libya, Suriah, dan Jalur Gaza.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyarankan, untuk kedua kalinya, bahwa Macron harus melakukan "pemeriksaan mental" terkait pandangannya tentang Islam. Komentar itu mendorong Prancis memanggil duta besarnya untuk Turki agar melakukan konsultasi pada Sabtu (24/10/2020). "Apa masalah individu yang disebut Macron dengan Islam dan dengan Muslim?" kata Presiden Erdogan.
Sementara itu, Pemimpin Pakistan, Imran Khan, menuduh Presiden Prancis itu menyerang Islam dengan jelas-jelas tanpa memahaminya. "Presiden Macron telah menyerang dan melukai sentimen jutaan Muslim di Eropa dan di seluruh dunia," ujarnya.
Tidak hanya itu, umat Kristen di negara-negara Arab, Minggu (25/10/2020), juga mengecam dan mengutuk keras pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad. Salah seorang yang mengungkapkan kecamannya adalah penyiar senior Al-Jazeera yang beragama Kristen, Jalal Chahda.
Ia menolak segala bentuk pencelaan terhadap Nabi Muhammad. "Saya Jalal Chahda, seorang Kristen Levantine Arab, dan saya dengan keras menolak dan mencela penghinaan terhadap Nabi Islam, Utusan Tuhan #Muhammad,” tulisnya di Twitter dikutip dari Anadolu Agency. Chahda juga memposting foto yang berisi tulisan, “Muhammad, Tuhan memberkatinya dan memberikannya kedamaian,” lanjut Chahda.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/mui_20171219_115924.jpg)