Internasional

Erdogan Menilai Rusia Tak Ingin Perdamaian di Suriah, Jet Tempur Gempur Pemberontak Dukungannya

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Rabu (28/10/2020) mengecam keras Rusia karena melakukan serangan udara yang menewaskan puluhan pemberontak

Editor: M Nur Pakar
AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara dalam konferensi pers di Ankara, Turki, Senin (26/10/2020). 

SERAMBINEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Rabu (28/10/2020) mengecam keras Rusia karena melakukan serangan udara yang menewaskan puluhan pemberontak pro-Ankara di Suriah.

"Serangan Rusia terhadap pusat pelatihan pasukan tentara nasional Suriah di wilayah Idlib menunjukkan mereka tidak menginginkan perdamaian abadi di wilayah tersebut," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi.

Serangan udara Rusia di kamp pelatihan pemberontak di Provinsi Idlib Suriah merupakan peringatan Moskow ke Turki atas dukungannya untuk ekstremisme, kata analis politik.

Serangan udara pada Senin (26/10/2020) merupakan yang paling mematikan dalam sembilan tahun konflik di Suriah.

Gempuran udara itu menewaskan hampir 80 pejuang milisi yang didukung Turki di kamp pemberontak Faylaq Al-Sham, dekat perbatasan Suriah dengan Turki.

Sebuah tank tempur militer Turki terlihat di sepanjang jalan raya M4, yang menghubungkan Provinsi Aleppo dan Latakia di Suriah utara pada 15 Maret 2020
Sebuah tank tempur militer Turki terlihat di sepanjang jalan raya M4, yang menghubungkan Provinsi Aleppo dan Latakia di Suriah utara pada 15 Maret 2020 (AFP/File)

Baca juga: Milisi Dukungan Turki Membalas Serangan Jet Tempur Rusia, Membombardir Pos Militer Suriah

Setelah serangan, perdebatan berkecamuk tentang pesan yang ingin dikirim Moskow ke Ankara dengan menargetkan proxy utama Turki di negara yang dilanda perang.

Serangan itu dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap perjanjian gencatan senjata Moskow dengan Ankara.

Idlib adalah fokus dari perselisihan yang berkembang antara Turki dan Rusia.

Dimana Turki mendukung pasukan pemberontak dan Moskow mendukung Presiden Bashar al-Assad untuk merebut kembali provinsi tersebut.

Pemberontak, yang secara ideologis dekat dengan Ikhwanul Muslimin, telah membantu pasukan Turki mengamankan titik pengamatan di zona yang diperebutkan.

Pejuang milisi juga merupakan kelompok bersenjata terbesar yang didukung oleh Ankara.

Para pengamat mengatakan serangan udara itu akan menyebabkan peningkatan ketegangan antara Rusia dan Turki.

Kedua negara telah menghentikan patroli bersama di sepanjang jalan raya utama M4 Idlib.

Meskipun Turki memutuskan untuk menguji coba sistem pertahanan udara S-400 Rusia yang kontroversial, mengabaikan peringatan dari Washington.

Turki juga telah meningkatkan bala bantuan di pos-pos militer di sepanjang M4 untuk memperkuat pijakannya di wilayah tersebut.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved