Berita Aceh Besar

Rombongan Tuha Peuet Syamtalira Bayu Prihatinkan Kondisi Makam Raja Aceh di Tumbo Baro

“Kami juga sependapat tentang perlunya penempatan khadam agar makam bisa tetap terawat sebagai situs sejarah.

Penulis: Nasir Nurdin | Editor: Nasir Nurdin
Dok Tumbo Baro/For Serambinews.com
Rombongan Tuha Peuet dari Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara didampingi pimpinan dan perangkat Gampong Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar foto bersama di lokasi makam raja Aceh, Sultan Alaidin Mahmudsyah di Dusun Cot Bada, Gampong Tumbo Baro, Selasa (27/10/2020). 

“Saya juga sependapat tentang perlunya penempatan khadam agar makam bisa tetap terawat sebagai situs sejarah,” kata Keuchik Tumbo Baro, Khalid Wardana.

Laporan Nasir Nurdin | Aceh Besar

SERAMBINEWS.COM, ACEH BESAR – Rombongan Tuha Peuet dari Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara, Selasa (27/10/2020) melakukan kunjungan lapangan ke Gampong Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Kabupaten  Aceh Besar.

Dalam kunjungan tersebut, rombongan yang berjumlah 78 orang dipimpin Ketua Apdesi Syamtalira Bayu, Tgk Khairul Mahdi.

Rombongan berkesempatan ziarah ke Makam Raja Aceh, Sultan Alaidin Mahmudsyah di Dusun Cot Bada, Gampong Tumbo Baro.

Melihat kondisi makam termasuk akses jalan ke makam Raja Aceh tersebut, rombongan Tuha Peut dari Aceh Utara berharap Pemerintah Aceh dan Pemkab Aceh Besar bisa merawat dengan baik, termasuk menempatkan pengelola (penjaga) makam.

“Keberadaan makam Raja Aceh Sultan Alaidin Mahmudsyah perlu dipublikasikan kepada masyarakat sehingga menjadi destinasi wisata bersejarah,” kata perwakilan Tuha Peuet dari Syamtalira Bayu.

Keuchik Tumbo Baro, H Khalid Wardana juga sangat sependapat dengan harapan yang disampaikan Tuha Peuet dari Aceh Utara agar makam Raja Aceh yang telah berjasa melawan kolonialisme Belanda mendapat perhatian pemerintah.

Baca juga: Nova Diminta Tagih Janji Presiden

“Saya juga sependapat tentang perlunya penempatan khadam agar makam bisa tetap terawat sebagai situs sejarah,” ujar Khalid Wardana.

Tentang Sultan Alaidin Mahmudsyah

Dikutip dari berbagai sumber, Sultan Alaiddin Mahmudsyah adalah Sultan Aceh yang terakhir.

Di masa Sultan Alaidin Mahmudsyah, Belanda menyerang Aceh pada 1873. Pada 24 Januari 1874, Van Swieten masuk ke Istana Sultan dengan harapan akan menjumpai Sultan dan memaksanya menyerahkan kekuasaan kepada Belanda. Namun Sultan sudah lebih dulu meninggalkan istana, mengungsi ke Lueng Bata.

Dalam pengungsiannya, Sultan tetap memimpin penyerangan. Namun pada hari keempat pengungsiannya Sultan meninggal dunia karena kolera.

Jenazah Sultan Alaidin Mahmudsyah dimakamkan di Pagar Ayer. Namun situasi peperangan yang selalu berubah menyebabkan makamnya digali dan dipindahkan ke daerah aman. Hal ini terjadi beberapa kali sampai akhirnya beliau dimakamkan di Gampong Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar.

Baca juga: Besok Maulid Nabi, Berikut Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H

Menelusuri perjuangan Sultan Alaiddin Mahmudsyah, Komplek makamnya berjarak sekitar 200 meter agak ke dalam menyusuri jalan kecil dari tanah dan cetakan beton. Kawasan yang luasnya 100 m2 tidak terawat dan sekelilingnya ditumbahi belukar.

Di bawah cungkup yang kondisinya sangat bagus dan khas Aceh serta pagar besi terdapat dua makam.

Makam pertama dekat pintu masuk, sebelah timur seperti makam biasa, di atasnya hanya batu-batu mangga. Namun di sebelahnya terdapat makam setinggi 1, 5 meter yang bentuk dan ukurannya mirip makam Sultan Iskandar Muda di Bapperis, Banda Aceh.

Makam tersebut adalah Makam Sultan Alaiddin Mahmudsyah, pahlawan Aceh yang memimpin perang melawan Belanda. Namun nisan makam ini bukanlah makam asli lagi, namun rekonstruksi layaknya makam Sultan Iskandar Muda. 

Bagian Bimbingan Teknis

Dalam laporannya kepada Serambinews.com, Khalid Wardana mengatakan, kunjungan lapangan rombongan Tuha Peuet dari Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara merupakan bagian dari kegiatan Bimbingan Teknis untuk Tuha Peut yang  dilaksanakan di Banda Aceh.

Kunjungan ke Tumbo Baro bertujuan untuk melihat dan berdiskusi langsung tentang keberhasilan dalam tata kelola administrasi pemerintahan dan berbagai proses  pembangunan di gampong tersebut.

Baca juga: Buntut Macron Dukung Penghinaan Nabi Muhammad SAW, Negara-negara Arab Mulai Baikot Produk Perancis

Khalid Wardana dan unsur Tuha Peuet Tumbo Baro, Drs Bustaman menjadi narasumber dengan mempresentasikan berbagai potensi dan terobosan yang telah dilakukan sehingga Tumbo Baro berhasil menjadi gampong terbaik di Provinsi Aceh pada 2018 dan terus melakukan berbagai inovasi sampai saat ini.

Acara yang berlangsung di Aula Gedung Serba Guna Gampong Tumbo Baro dihadiri Ketua dan Sekretaris Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Aceh, Muksalmina dan Saiful Isky, Ketua Apdesi Aceh Besar, Keuchik Muslim, mahasiswa KPM UIN Ar-Raniry dan perangkat gampong Tumbo Baro. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved