Internasional

Warga Sudan di Israel Takut Dikembalikan, Saat Negaranya Normalisasi Hubungan Dengan Yahudi

Para pencari suaka Sudan yang tinggal di Israel khawatir akan diusir begitu hubungan nnormalisasi hubungan antara kedua negara.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Pencari suaka Sudan dan Kepala Organisasi Pelajar Afrika di Israel, Usumain Baraka berbicara selama wawancara di Tel Aviv, Israel. 

SERAMBINEWS.COM, TEL AVIV - Para pencari suaka Sudan yang tinggal di Israel khawatir akan diusir begitu hubungan nnormalisasi hubungan antara kedua negara.

Tetapi, beberapa di antara berharap kehadiran mereka akan dilihat sebagai keuntungan.

Secara teknis berperang dengan Israel selama beberapa dekade, Sudan pada Jumat (23/10/2020) menjadi negara Arab ketiga tahun ini yang mengumumkan menormalisasi hubungan dengan Yahudi setelah UEA dan Bahrain.

Tetapi sejak pengumuman itu, anggota komunitas Sudan di Israel sangat takut dipulangkan, kata Barik Saleh (26), seorang pencari suaka Sudan yang tinggal di pinggiran Tel Aviv.

Israel menghitung populasi Sudan sekitar 6.000 orang, sebagian besar adalah pencari suaka.

Ribuan orang lainnya pergi atau dipaksa untuk kembali setelah Sudan berpisah pada tahun 2011, lansir AFP, Rabu (28/10/2020).

Ketika Sudan Selatan meraih kemerdekaannya, tetapi negara yang masih muda itu terjun ke dalam perang saudara.

Beberapa orang Sudan, sering diberi label sebagai penyusup, karena menyeberang secara ilegal ke wilayah Israel sebelum diberi izin tinggal adalah anak di bawah umur.

Mereka tidak selalu diizinkan untuk bekerja, dan tidak bisa mendapatkan kewarganegaraan Israel.

Baca juga: Donald Trump Keluarkan Pengumuman, Sudan Setuju Buka Hubungan Dengan Israel, Wartawan Jadi Saksi

Saleh, yang dibesarkan di Darfur Barat, baru berusia sembilan tahun ketika keluarganya melarikan diri dari perang negara tetangga, Chad.

“Orang tua saya berada di kamp pengungsi,” kata pemuda itu, yang tiba setelah melakukan perjalanan melalui Libya dan Mesir, dan telah tinggal di Israel selama 13 tahun.

"Saya yang pertama melakukan normalisasi," katanya.

“Tapi kalau saya dideportasi dari sini, maka saya dalam bahaya 100 persen,” tambahnya.

Mantan Presiden Omar Bashir mengawasi perang saudara Sudan di wilayah Darfur dari tahun 2003.

Sekitar 300.000 orang tewas dalam konflik tersebut dan 2,5 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved