Internasional

Pusat Peringatan Pembunuhan Massal di Prancis Dirusak, Warga Armenia Marah

Warga Armenia di Prancis, Minggu (1/11/2020) menyatakan kemarahannya. Setelah pusat peringatan pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh Kekaisaran

Editor: M Nur Pakar
AFP/JEFF PACHOUD
Tentara Prancis berjaga-jaga saat seorang petugas polisi berjalan di Pusat Peringatan Nasional Armenia yang telah dirusak oleh warga Turki di Decines-Charpieu, Lyon, Prancis, Minggu (1/11/2020). 

SERAMBINEWS.COM, PARIS - Warga Armenia di Prancis, Minggu (1/11/2020) menyatakan kemarahannya.

Setelah pusat peringatan pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh Kekaisaran Ottoman dirusak dengan slogan-slogan pro-Turki.

Insiden di Kota Decines-Charpieu, luar Lyon, Prancis terjadi dengan latar belakang ketegangan komunal yang intens di Prancis antara minoritas Armenia dan komunitas Turki terhadap konflik di Nagorno-Karabakh.

Turki telah dengan kuat mendukung sekutunya Azerbaijan dalam konflik selama beberapa minggu terakhir di Nagorno-Karabakh.

Pusat Peringatan Nasional Armenia diwarnai dengan huruf raksasa "RTE" dengan cat kuning mengacu pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Dan kata-kata "Serigala Abu-abu", gerakan nasionalis Turki terkemuka, dalam bahasa Prancis.

Baca juga: Armenia Minta Bantuan Rusia, Kirim Pasukan Untuk Mengakhiri Perang di Nagorno Karabakh

Tugu peringatan pembunuhan di dekatnya juga diolesi dengan sumpah serapah terhadap Armenia, seperti dilansir AP.

"Penodaan yang tak tertahankan ini .. adalah salah satu dari serangkaian peristiwa yang ditujukan untuk meneror dan mengintimidasi warga Prancis yang berasal dari Armenia," kata Komite Pertahanan Armenia (CDCA) dalam sebuah pernyataan.

Wilayah Lyon adalah rumah bagi salah satu komunitas Armenia terbesar di Prancis, yang berpusat di sekitar Decines-Charpieu.

Empat orang terluka pada Rabu (27/10/2020) dalam bentrokan antara tersangka nasionalis Turki dan Armenia yang memprotes serangan militer Azerbaijan.

Baca juga: Polisi Prancis Interogasi Seorang Tersangka Penembakan Pendeta Ortodoks

CDCA menuduh negara Prancis pasif dalam menghadapi ancaman itu dan walikota Decines-Charpieu, Laurence Fautra, mengatakan komunitas Armenia membutuhkan perlindungan fisik.

Pejabat lokal tertinggi di kawasan itu, prefek Pascal Mailhos, menulis di Twitter, mengutuk keras kerusakan pada pusat peringatan itu dan bersumpah akan melakukan apapun untuk menemukan pelakunya.

Orang Armenia telah lama berkampanye untuk pembunuhan massal nenek moyang mereka oleh Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I untuk diakui sebagai genosida.

Prancis adalah salah satu dari beberapa negara yang mengakuinya seperti itu.

Baca juga: Muslim Prancis Mulai Tertekan, Seusai Sederetan Serangan Mematikan

Turki modern dengan tegas menolak penggunaan istilah tersebut, dengan mengatakan banyak nyawa hilang di kedua sisi selama masa perang saat itu.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved