Internasional

Muslim Prancis Mulai Tertekan, Seusai Sederetan Serangan Mematikan

Warga Muslim di Prancis mulai merasa tertekan setelah serangkaian serangan mengerikan dalam tiga pekan terakhir ini.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Valery HACHE
Seorang ibu menenangkan putrinya saat memberi penghormatan bersama warga lainnya untuk korban serangan di Gereja Notre-Dame de l'Assomption Basilica di Nice, Prancis, Sabtu (31/10/2020). 

SERAMNBINEWS.COM, PARIS - Warga Muslim di Prancis mulai merasa tertekan setelah serangkaian serangan mengerikan dalam tiga pekan terakhir ini.

Sorotan kecurigaan diarahkan pada mereka lagi, bahkan sebelum aksi kekerasan ekstremis terbaru, termasuk dua pemenggalan kepala.

Presiden Emmanuel Macron terus maju dengan upayanya untuk membersihkan Islam di Prancis dari para ekstremis.

Bagian dari proyek yang dia beri label "separatisme," sebuah istilah yang membuat Muslim meringis, lansir AP, Minggu (1/11/2020).

Di tengah meningkatnya retorika dan serangan baru oleh orang luar, termasuk pembunuhan tiga orang pada Kamis (28/102020) di sebuah gereja Katolik di Nice, Muslim di Prancis tetap menundukkan kepala dan dagu.

Namun jauh di lubuk hati, beberapa menggeliat, merasa mereka dianggap bertanggungjawab.

Baca juga: Prancis Jadi Protes Utama di Dunia Muslim, Selain Karikatur Nabi Muhammad, Ini Penyebabnya

“Ini mengkhawatirkan bagi umat Islam,” kata Hicham Benaissa, sosiolog yang mengkhususkan diri pada Islam di tempat kerja.

Dalam jaringannya, katanya, beberapa pembicaraan tentang meninggalkan Prancis, karena situasinya tegang dan ada ketakutan.

Islam adalah agama kedua di Prancis yang memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa Barat.

Diperkirakan 5 juta Muslim di negara itu telah menjalani jalur yang rumit untuk mencari penerimaan penuh atas apa yang bagi banyak orang adalah negara kelahiran mereka.

Diskriminasi membayangi beberapa orang dan merupakan penghalang langsung untuk mengarusutamakan kehidupan bagi orang lain.

Nilai sekularisme Prancis yang dijunjung tinggi, yang dimaksudkan untuk menjamin kebebasan beragama, dalam beberapa tahun terakhir telah digunakan oleh negara untuk mengatur adat istiadat yang dipraktikkan oleh sebagian Muslim.

Undang-undang yang diusulkan presiden mungkin berarti lebih jauh mengutak-atik hukum sekularisme 1905 yang lahir dari konflik dengan pendeta Katolik Roma yang kuat.

Baca juga: VIDEO - MUI Serukan Boikot Produk Prancis, Berikut Daftarnya yang Beredar dan Melekat di Indonesia

Macron telah memicu protes marah dan seruan untuk boikot produk Prancis minggu lalu dari Asia Selatan ke Timur Tengah.

Dia dituduh menyebarkan sentimen anti-Muslim, terutama saat memuji guru yang dipenggal di dekat Paris, dengan membela hak Prancis untuk membuat karikatur Nabi Muhammad.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved