Berita Aceh Tamiang

Petani di Aceh Tamiang Berhasil Kembangkan Bawang tanpa Pupuk, Begini Hasilnya

Meski produktivitasnya belum maksimal, keuntungan yang diperoleh tetap besar karena minimnya biaya produksi.

Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/RAHMAD WIGUNA
Kasran (tengah) didampingi dua anggota DPRK Aceh Tamiang, Sugiono Sukandar dan Muhammad Irwan usai memanen bawang merah, Kamis (5/11/2020). Metode penanaman ini disebut semi intensif karena tidak menggunakan pupuk. 

Meski produktivitasnya belum maksimal, keuntungan yang diperoleh tetap besar karena minimnya biaya produksi.

Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Petani di Aceh Tamiang berhasil mengembangkan tanaman bawang merah tanpa menggunakan pupuk berlebih.

Meski produktivitasnya belum maksimal, keuntungan yang diperoleh tetap besar karena minimnya biaya produksi.

Kasran (56), petani asal Sukarakyat, Rantau, Aceh Tamiang menyebut teknik penanaman ini sebagai sistem semi intensif.

Istilah ini dikarenakan pada proses penanaman tidak menggunakan pupuk dan tanpa mulsa.

“Sekali ada pakai pupuk NPK, itu pun cuma setengah goni,” kata Kasran, Kamis (5/11/2020).

Baca juga: Update Terbaru Pilpres AS, Biden Hanya Butuh Enam Suara Lagi

Baca juga: BREAKING NEWS - Sah, Nova Iriansyah Jabat Gubernur Aceh Gantikan Irwandi Yusuf

Baca juga: Jamaah Umrah Indonesia Mulai Melaksanakan Ibadah Umrah, Disambut Oleh Dr Abdulrahman Al-Sudais

Selebihnya, pria yang dipercaya sebagai Imam Dusun Damaimulia ini lebih mengandalkan tekstur tanah yang dinilainya memiliki unsur hara yang pas untuk tanaman bawang.

“Setiap hari cuma saya siram saja, Alhamdulillah ada hasil,” ungkapnya.

Proses tanam yang dimulai pada Juli lalu telah membuahkan hasil pada akhir Oktober dan awal November.

Di atas lahan 1,5 rante, Kasran mengaku berhasil memproduksi bawang merah dikisaran 400 kilogram.

Diakuinya hasil ini hanya separuh dari tanaman yang menggunakan banyak pupuk dan dilengkapi mulsa.

Namun Kasran mengaku mendapat untung memuaskan karena tertolong ongkos produksi yang rendah.

“Paling banyak saya mengeluarkan modal Rp 3 juta. Itu untuk bibit untuk membuka lahan. Jadi Alhamdulillah masih ada untung,” ujarnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved