Internasional

Perang Meletus Antara Separatis Dukungan UEA dan Pemerintahan Yaman, Menewaskan 50 Orang

Pertempuran sengit di Yaman selatan antara separatis dukungan Uni Emirat Arab (UEA) dan pemerintah yang diakui secara internasional menewaskan hampir

Editor: M Nur Pakar
AFP/AHMAD AL-BASHA
Pekerja yang menganggur menunggu tawaran pekerjaan di trotoar kota terbesr ketiga Yaman, Taez pada Minggu (15/11/2020) 

SERAMBINEWS.COM, SANAA - Pertempuran sengit di Yaman selatan antara separatis dukungan Uni Emirat Arab (UEA) dan pemerintah yang diakui secara internasional menewaskan hampir 50 orang di kedua sisi.

Maraknya bentrokan di provinsi Abyan adalah pukulan terbaru bagi perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Arab Saudi pada akhir 2019 dengan tujuan menutup keretakan antara kedua belah pihak.

Kedua belah pihak adalah sekutu dalam koalisi yang didukung AS dan dipimpin Saudi yang berperang melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran sejak 2015, lansir AP, Selasa (17/11/2020).

Sedikitnya 47 pejuang tewas dan sekitar 90 lainnya cedera dalam bentrokan yang berpusat di Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan.

Para pejabat menggambarkannya sebagai yang paling sengit dalam beberapa bulan terakhir ini.

Baca juga: Arab Saudi Gagalkan Serangan Houthi ke Fasilitas Minyak Dekat Perbatasan Yaman

Pertempuran antara pasukan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dan Dewan Transisi Selatan dimulai pada Agustus 2019.

Pada Musim gugur yang lalu, kedua belah pihak menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan di ibu kota Saudi, Riyadh, tetapi kesepakatan itu tidak pernah dilaksanakan.

Dewan separatis, sebuah kelompok payung milisi yang didukung oleh Uni Emirat Arab, berharap dapat memulihkan Yaman selatan yang merdeka, yang ada sejak 1967 hingga unifikasi pada 1990.

Bentrokan telah membuka kembali front baru dalam perang saudara yang lebih besar.

Sehingga mempersulit upaya internasional untuk menengahi perjanjian perdamaian yang lebih luas untuk mengakhiri konflik Yaman.

Baca juga: Arab Saudi Bakal Hadapi Tindakan Keras Joe Biden, Seusai Hubungan Nyaman Dengan Donald Trump

Perang di negara termiskin di dunia Arab itu meletus pada 2014, ketika Houthi merebut ibu kota dan sebagian besar bagian utara negara itu.

Sebuah koalisi yang dipimpin Saudi, bertekad untuk memulihkan pemerintahan Presiden Abed Rabu Mansour Hadi, melancarkan intervensi militer beberapa bulan kemudian.

Pertempuran di Yaman telah menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Menyebabkan jutaan orang menderita kekurangan makanan dan medis.

Juga telah menewaskan lebih dari 112.000 orang, termasuk pejuang dan warga sipil.(*)

Baca juga: Dikirim dari Gitmo ke Uni Emirat Arab, Para Tahanan Takuti Yaman

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved