Luar Negeri
Militer Amerika Dilaporkan Membeli Data Lokasi Pribadi Pengguna Aplikasi Muslim Pro, Ini Faktanya
Militer Amerika Serikat dilaporkan membeli data pribadi pengguna apikasi Muslim Pro yang dikumpulkan dari seluruh dunia.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Militer Amerika Serikat dilaporkan membeli data pribadi pengguna apikasi Muslim Pro yang dikumpulkan dari seluruh dunia.
Investigasi majalah online Motherboard yang diterbitkan pada hari Senin (16/11/2020), menemukan Komando Operasi Khusus (Kopasus) Amerika Serikat memperoleh data lokasi dari beberapa perusahaan.
Aplikasi paling populer di antara mereka yang menjadi target adalah aplikasi doa dan Quran Muslim bernama Muslim Pro, dengan lebih dari 98 juta unduhan di seluruh dunia.
Tak hanya itu, aplikasi kencan Muslim juga dilaporkan dijual ke tangan militer AS.
Berdasarkan catatan publik, wawancara dengan pengembang, dan analisis teknis, investigasi Motherboard mencatat beberapa perusahaan memperoleh data lokasi aplikasi para penggunanya.
Hal itu diketahui saat pengiklan membayar untuk memasukkan iklan mereka saat orang-orang menggunakan aplikasi tersebut.
Militer AS mengonfirmasi laporan berita tersebut
"Akses kami ke perangkat lunak digunakan untuk mendukung persyaratan misi Pasukan Operasi Khusus di luar negeri," kata Komandan Angkatan Laut, Tim Hawkins, dikutip dari Al Jazeera, Rabu (18/11/2020).
Baca juga: Senator Muslim AS dari Partai Demokrat, Ilhan Omar Terpilih Lagi, Kalahkan Kandidat Partai Republik
"Kami sangat mematuhi prosedur dan kebijakan yang ditetapkan untuk melindungi privasi, kebebasan sipil, hak konstitusional, dan hukum warga negara Amerika," sambungnya.
Salah satu perusahaan yang terlibat dalam penjualan data lokasi, X-Mode, mengatakan mereka melacak 25 juta perangkat di Amerika Serikat setiap bulan.
Mereka juga melacak 40 juta pengguna lain di negara-negara seperti di Uni Eropa, Amerika Latin, dan kawasan Asia-Pasifik.
Motherboard memasang aplikasi kencan Muslim Mingle ke ponsel Android dan melihatnya berulang kali mengirimkan koordinat geolokasi yang tepat bersama dengan nama jaringan WiFi ke X-Mode.
Investigasi itu menemukan aplikasi lain yang menyampaikan data lokasi termasuk aplikasi penghitung langkah yang disebut Accupedo, aplikasi cuaca Global Storms, dan CPlus untuk Craigslist.
Senator AS Ron Wyden mengatakan kepada Motherboard bahwa X-Mode juga mengakui menjual data yang dikumpulkannya ke "pelanggan militer AS" lainnya.
Perusahaan X-Mode mengakuinya
“X-Mode melisensikan panel datanya ke sejumlah kecil perusahaan teknologi yang mungkin bekerja dengan layanan militer pemerintah,” kata pernyataan X-Mode.
Baca juga: Tokoh Media Muslim, Amani Al-Khatahtbeh Ribut dengan Pria Kulit Putih, Ditangkap di Bandara Newark
“Tetapi pekerjaan kami dengan kontraktor tersebut bersifat internasional dan terutama berfokus pada tiga kasus penggunaan: kontra-terorisme, keamanan siber, dan memprediksi titik Covid-19 di masa depan, ” tambahnya.
Muslim Pro membatahnya
Pengembang aplikasi smartphone Islami yang berbasis di Singapura, Muslim Pro, membantah tuduhan menjual data pribadi penggunanya ke militer Amerika Serikat.
Pengembang aplikasi Bitsmedia mengatakan kepada The Straits Times, Selasa (17/11/2020), bahwa mereka akan segera memutuskan hubungan dengan mitra datanya.
Mereka enggan menyebutkan siapa mitra data yang akan diputuskannya itu.
"Ini tidak benar dan tidak benar. Perlindungan dan penghormatan privasi pengguna kami adalah prioritas utama Muslim Pro," kata Zahariah Jupary, Project Manajer Muslim Pro.
"Kami mematuhi standar privasi dan peraturan perlindungan data yang paling ketat, dan tidak pernah membagikan informasi identitas pribadi apa pun," sambungnya.
Baca juga: Janji Joe Biden Terhadap Muslim Amerika Serikat dan Dunia, Ini Beberapa Programnya
Zahariah mengatakan pihaknya telah meluncurkan penyelidikan internal dan sedang meninjau kebijakan tata kelola datanya.
Ia mengatakan bahwa hal itu dilakukan untuk mengonfirmasi semua data pengguna ditangani dengan benar.
Zahariah mengakui bahwa Muslim Pro telah mulai bekerja dengan X-Mode empat minggu lalu.
Tetapi sekarang pihaknya telah menghentikan kerja sama dalam bentuk apapun dengan perusahaan dan "mitra data" lainnya.
Dewan Agama Islam Singapura (MUIS) mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pengawasan atas aplikasi seperti Muslim Pro dan tidak memberikan dukungan apa pun untuk mereka.
"Kami mendorong komunitas Muslim untuk berhati-hati saat menggunakan aplikasi semacam itu," kata pernyataan juru bicara MUIS.
Pernyataan itu menegaskan kepada umat muslim untuk berhati-hati tentang informasi pribadi yang mereka ungkapkan, syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi, dan konten yang disediakan aplikasi.
Sementara itu, Muslim Pro Indonesia melalui akun Twitternya membantah bahwa mereka menjual datanya ke tangan Militer AS.
“Kami menyatakan hal tersebut adalah sepenuhnya tidak benar,” kata dalam sebuah pernyataan publik yang dikeluarkan Selasa (17/11/2020).
Muslim Pro adalah aplikasi seluler Islami yangkomprehensif yang sudah diunduh hampir 100 juta di lebih 216 negara di seluruh dunia. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca juga: Donald Trump Tak Lagi Jadi Presiden Amerika, Kasus Ini Menunggunya, Dugaan Penipuan hingga Pelecehan
Baca juga: Turki Segera Kirim Pasukan Perdamaian ke Azerbaijan, Pantau Gencatan Senjata dengan Armenia
Baca juga: Kekayaan Eks Danjen Kopassus dan Kepala BNPB Doni Monardo, Pernah Terjun ke Daerah Konflik