Internasional
NATO Khawatirkan Kebangkitan Militer China, Meskipun Rusia Tetap Menjadi Musuh Utama
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) harus berpikir lebih keras untuk menangani dan kebangkitan militer China.
SERAMBINEWS.COM, BRUSSELS - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) harus berpikir lebih keras untuk menangani dan kebangkitan militer China.
Meskipun Rusia tetap menjadi musuh utama, menurut sebuah laporan yang akan diterbitkan pada Selasa (1/12/2020) tentang reformasi aliansi Atlantik.
Laporan "NATO 2030", yang disiapkan oleh sekelompok orang yang disebut 'orang bijak' dan berisi 138 proposal, muncul di tengah keraguan yang berkembang.
Dilansir Reuters, ada relevansi aliansi yang dicap tahun lalu oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai "mati otak".
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi ke Perusahaan China dan Rusia, Terkait Dukungan Nuklir Iran
"China bukan lagi mitra dagang jinak yang diharapkan Barat," kata seorang diplomat NATO.
"Ini adalah kekuatan yang meningkat di abad ini dan NATO harus beradaptasi," tambahnya.
Dia menunjuk pada aktivitas China di Kutub Utara dan Afrika serta investasi besar dalam infrastruktur Eropa.
Bagian dari tanggapan NATO harus mempertahankan keunggulan teknologi atas China.
Melindungi jaringan dan infrastruktur komputer, kata diplomat itu.
Dia mengutip laporan itu, meskipun tidak semua rekomendasi akan diadopsi.
Baca juga: Eropa Bebaskan Ketergantungan Baterai Mobil Listrik Dari China 2025, Salah Satunya Tambang Indonesia
Aliansi beranggotakan 30 negara itu juga dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dengan negara-negara non-NATO.
Seperti Australia dan lebih fokus pada pencegahan di luar angkasa, tempat China mengembangkan aset, kata laporan itu.
Dalam komentar pada Senin (30/11/2020) menjelang publikasi laporan itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kebangkitan China menimbulkan tantangan dalam keamanan global.
"China berinvestasi secara besar-besaran dalam persenjataan baru," ujar Stoltenberg.
"Itu semakin dekat dengan kita, dari Kutub Utara ke Afrika," jelasnya.
"China tidak berbagi dengan nilai-nilai kita ... dan mencoba mengintimidasi negara lain," katanya dalam konferensi pers.
Baca juga: Tahun Depan, 200 Juta Ton Batu Bara dari Indonesia Akan Dibeli oleh China
Dia mendesak sekutu untuk bersatu untuk menghadapi masalah tersebut.
NATO harus mempertimbangkan untuk memasukkan China dalam dokumen strategi induk resmi NATO, "Konsep Strategis" nya, kata para diplomat yang mengutip laporan itu.
Meskipun tidak akan menyatakan negara itu sebagai musuh.
Dalam rekomendasi lain, laporan itu akan menyarankan agar para menteri luar negeri NATO bertemu lebih teratur dan menyerukan penguatan peran sekretaris jenderal sebagai mediator internasional.(*)