Cerutu Gayo
Nova Iriansyah Nyanyikan "Tawar Sedenge" di Kebun Kopi Kayu Kul, Uraikan Filosofinya
Gubernur Nova menyanyikan "Tawar Sedenge" sebagai refleksi kekayaan alam Gayo, terdiri dari pinus, kopi dan tembakau. Ia juga secara fasih menjelaskan
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
"Usaha ini kami rintis mengandalkan potensi tembakau Gayo atau "bako Gayo." Kopi dan tembakau adalah hasil alam Gayo yang berlimpah selain pinus mercusi," kata Ir Salmy.
Cerutu yang diolah sendiri oleh Salmy, tidak akan berkembang dan memberi manfaat besar kepada masyarakat apabila usaha ini berhenti sampai tahap seremoni.
"Kami sangat membutuhkan bantuan, dukungan dan fasilitas berkelanjutan sehingga usaha kecil ini bisa berkembang," kata Salmy.
Ia mengatakan bahan baku tembakau ia beli dari petani dengan harga Rp 70 ribu per kg.
Ia optimis cerutu Gayo akan bisa menyamai cerutu Kuba karena tembakau Gayo punya cita rasa dan aroma sangat khas.
"Kuba terkenal antara lain dengan cerutu. Kelak Gayo juga akan dikenal dengan cerutunya selain kopi yang sudah lebih awal dikenal dunia," ujar Ir. Salmy.
Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar menyebut tembakau Gayo punya keistimewaan manfaat, antara lain bagus untuk diabetes, mengurangi pencandu narkoba, untuk obat sinus.
"Kalau dulu tembakau malah sebagai bikin orang kebal," ujar Bupati Shabela.
Kakanwil Bea Cukai Safwadi menyatakan mendukung usaha cerutu dengan menerbitkan pita cukai.
"Melihat potensinya, kita bisa kalah ceritu Kuba," tukas Safwadi, yang mengaku berasal dari Desa Lampahan Bener Meriah.(*)