Berita Aceh Besar

Salut Ungkap Laut Pulo Aceh Tercemar Sampah Botol Air Kemasan, Anggota DPRK Aceh Besar Minta Ini

AMDK atau botol-botol/plastik air minum dalam kemasan ini diduga dibuang dari perkapalan yang berlayar ke Laut Andaman.

Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Mursal Ismail
FOR SERAMBINEWS.COM      
Pembina Sahabat Laut Aceh, Gemal Bakri 

Sampah ini lah yang menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia, bahkan juga mengganggu jalannya baling-baling kapal laut, perjalanan boat nelayan dan menggangu wilayah pesisir/ pantai dari keindahan pemandangan dan aktivitas-aktivitas lainnya di wilayah pesisir/ pantai.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh sahabat laut sampel di Pantai Deudap, Pulo Nasi pada tahun 2016, 2017 dan 2018 dengan transek 3x200 meter menggunakan shoreline method.

Setiap sampel dikelompokkan ke dalam botol plastik, botol bukan plastik, dan sampah bukan plastik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah yang ditemukan didominasi oleh botol plastik (50,7 persen) sedangkan persentase botol bukan plastik dan sampah bukan plastik berturut–turut adalah 41,5 persen dan 7,7 persen.

Identifikasi merk dagang menunjukkan bahwa merk dari Indonesia (aqua) memiliki persentase terbesar (53,7 persen).

Selain itu, 17 persen dari sampah yang diidentifikasi berasal dari negara – negara tetangga seperti Maladewa (30,9 persen ), Malaysia (23,5 persen), China (15,5 persen), dan negara – negara lain seperti Thailand, Singapura, Sri Lanka, India, Bangladesh, dan Myanmar.

Data tersebut sudah pernah dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XIV dan Kongres X Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia pada bulan November tahun 2018 di Tanjung Pinang.

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa kondisi kawasan pesisir bersama dengan biotanya sudah masuk dalam kategori terancam akibat banyaknya sampah yang ditemui di kawasan pesisir, sehingga dianggap perlu untuk disampaikan kepada publik dan juga kepada pihak terkait.

Ancaman serius ini kami rasa sangat penting untuk diskusikan bersama dengan multipihak untuk mencari solusi bersama penanggulangannya.

Tawaran yang paling nyata untuk dilakukan adalah melakukan penyusunan rencana aksi bersama penanggulangan sampah plastik di kawasan pesisir pantai Aceh, terutama di pesisir pantai Aceh Besar.

Selain itu pengambilan data pertama di Pulo Breuh, Kecamatan Pulo Aceh juga dirasa penting untuk menjadi data perbandingan untuk mengetahui kondisi terbaru pesisir pantai Pulo Breuh Kecamatan Pulo Aceh Kabupten Aceh Besar.

"Laut Pulo Aceh terancam akibat sampah dan puncak sampah di daerah itu pada Desember 2020,"ujar Gemal Bakri.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi V DPRK Aceh Besar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Eka Rizkina Spd, mengatakan, persoalan sampah yang dibuang ke laut harus menjadi perhatian semua dengan mencari solusi dan regulasinya.

Karena, akibat sampah dibuang ke laut ikan-ikan mengkomsumsi sampah dan ini tanpa disadari akan membahayakan bagi masyarakat yang mengkonsumsi ikan laut tersebut serta populasi ikan terancam punah di daerah itu.  

Politisi PKS Dapil II ini mengharapkan sampah di laut menjadi perhatian semua pihak, karena kalau dibiarkan semakin lama semakin mengancam populasi ikan di laut Pulo Aceh yang menjadi pendapatan nelayan di Aceh Besar. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved