Berita Pidie
Sejarah Putroe Balee Hingga Tanggapan Terhadap Rusaknya Batu Nisan Makam Putri Bangsawan Aceh Ini
Disebut-sebut batu nisan ini dirusak orang-orang tak bertanggung jawab untuk dijadikan batu asah senjata tajam.
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Mursal Ismail
Disebut-sebut batu nisan ini dirusak orang-orang tak bertanggung jawab untuk dijadikan batu asah senjata tajam.
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Batu nisan di Makam Putroe Balee yang penuh ukiran motif bunga dan kaligrafi diduga dirusak orang tak bertanggung jawab.
Disebut-sebut batu nisan ini dirusak orang-orang tak bertanggung jawab untuk dijadikan batu asah senjata tajam.
Atas kondisi Komplek Makam Putroe Balee di Gampong Keutapang, Kemukiman Sanggeu, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie, Aceh ini, Serambinews.com berusaha mencari tahu sejarah Putroe Balee.
Informasi dihimpun Serambinews.com, Putroe Balee adalah seorang putri bangsawan di zaman Kerajaan Aceh Darussalam.
Batu nisan di Komplek Makam Putroe Balee di Gampong Keutapang, Kemukiman Sanggeu dipahat oleh seniman yang bernilai seni tinggi.
Hal ini tampak di beberapa batu nisan tersebut berupa relief pahatan kaligrafi.
Baca juga: UIN Dapat Lahan Ratusan Hektare, Ekses Sengketa dengan Unsyiah
Baca juga: Anggota Polisi Dipecat, Sempat Lari Saat Ditangkap, Dua Kali Terlibat Kasus Ini
Baca juga: Jalan Kaki Setelah Bertengkar dengan Istri, Pria Ini Tak Sadar Malah Kebablasan Sejauh 420 Km
Berikut video sekilas tetang Makam Putroe Balee serta sejarah putri bangsawan di zaman Kerajaan Aceh Darussalam ini.
Seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya, Makam Putroe Balee di Gampong Keutapang, Kemukiman Sanggeu, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie, ternyata kini tak terawat lagi.
Bahkan, sebagian batu nisan di Makam Putroe Balee yang penuh ukiran motif bunga dan kaligrafi ini telah dirusak.
Disebut-sebut dirusak orang-orang tak bertanggung jawab untuk dijadikan batu asah senjata tajam.
Makam ini sekitar 200 meter dari pinggir jalan Sanggeu menghubungkan Grong-Grong.
Batu nisan merupakan cagar budaya yang merupakan peninggalan sejarah, seharusnya dilestarikan.
Pantauan Serambinews.com, Sabtu (5/12/2020), kompleks makam itu berjumlah sepuluh liang.