Breaking News

Berita Abdya

Diserang Burung Pipit Sejak Pagi Hingga Sore, Produksi Padi di Abdya Turun Drastis

Program IP300 Musim Tanam (MT) Gadu 2020 dikembangkan sekitar 300 ha di tiga kawasan lahan sawah Abdya.

Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS/ZAINUN YUSUF
Ratusan hektare tanaman padi Program IP300 MT dari Dinas Pertanian Aceh yang dikembangkan di Kecamatan Blangpidie dan  Susoh, Abdya, memasuki panen masa panen sejak beberapa hari tereakhir. Panen di lahan sawah Desa Kuta Bahagia (Paya) Blangpidie, menggunakan mesin pemotong padi atau combine harvester, Senin (7/12/2020). Namun tingkat produksi gabah turun drastis setelah padi menjadi bulan-bulanan hama burung pipit.     

Program IP300 Musim Tanam (MT) Gadu 2020 dikembangkan sekitar 300 ha di tiga kawasan lahan sawah Abdya.

Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE – Ratusan hektare (ha) tanaman padi sawah Program Indek Pertanaman 300 (IP300) dari Dinas Pertanian Aceh, dikembagkan di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), memasuki masa panen selama beberapa hari terakhir ini.

Program IP300 Musim Tanam (MT) Gadu 2020 dikembangkan sekitar 300 ha di tiga kawasan lahan sawah Abdya.

Masing-masing 148 ha kawasan areal Blang Cot Seutui Desa Keude Siblah dan Kuta Bahagia, Kecamatan Blangpidie, 115 ha lokasi blang beuah meliputi Desa Pawoh dan Pantee Perak, Kecamatan Susoh, dan 37 ha di Kecamatan Jeumpa.

Tanaman padi khusus di Kecamatan Blangpidie dan Susoh, memasuki masa panen raya sejak beberapa hari terakhir hingga Senin (7/12/2020).

Kegiatan panen menggunakan mesin pemotong padi atau combine harvester, setelah Abdya memasuki era modernisasi alat pertanian.

Pengembangan areal padi program IP300, para petani dibantu sejak pengolahan lahan sawah, bibit, dan pupuk. Penanamnya, dilaksanakan lebih cepat, dibandingkan dengan areal sawah lainnya, dimana saat itu belum dilakukan pengolahan lahan.

Baca juga: Distributor Janji Besok Salur Pupuk Subsidi ke Empat Kecamatan Ini di Abdya, Atasi Kekosongan

Baca juga: Oknum Polisi Nekat Bobol ATM di Depan Mapolsek, Modusnya Pura-pura Sewa Ruko

Baca juga: Senapan Mesin Kecerdasan Buatan Israel Membunuh Ilmuwan Nuklir Iran, 13 Peluru Bersarang di Tubuhnya

Pantauan Serambinews.com, Senin (7/12/2020), para petani kecewa karena tingkat produksi padi sawah program IP300 menurun dratis.

“Biasanya sawah seluas delapan bambu benih (1/5 ha) menghasilkan berproduksi 25 goni gabah (isi satu goni sebanyak 18 sampai 50 kg), sekarang turun menjadi 18 goni gabah,” kata Arman, petani Desa Pawoh, Susoh.    

Pengakuan yang sama datang dari Salmin, petani dari Desa Keude Siblah, Blangpidie.

“Bahkan, satu luas lahan sawah seluas satu naleh benih (1/3 ha) menghasilkan tak sampai 30 goni, padahal dalam kondisi normal bisa menghasilan 45 sampai 50 goni,” katanya.    

Produksi gabah yang merosot kali ini, menurut petani karena areal tanaman padi program IP300 menjadi bulan-bulanan hama burung pipit.

Pasalnya, areal sawah di lokasi lain (non-program IP300) belum ada yang memasuki panen, sehingga hama burung pipit berkumpul dalam jumlah besar di areal kawasan tersebut.

Suib, seorang petani lainnya menjelaskan, produksi gabah yang turun drastis sudah diprediksi, setelah areal padi diserang hama burung sejak pagi hingga sore.

“Ada beberapa petani yang tak menjaga hama burung akhirnya sebagian tanaman padi tak dipanen lagi, dikarenakan hanya tinggal ranting padi yang menjulang ke atas,” kata petani lainnya.

Para petani mengakui harga gabah yang baru dipanen pada tingkat yang lumayan.

Harga gabah yang ditampung pedagang pengepul awal panen Rp 4.650 per GKP (Gabah Kering Panen).

Dua hari kemudian, meningkat dan hingga Senin, harga gabah di tingkat petani mencapai Rp 4.900 per kg GKP.

Diperkirakan, harga gabah akan terus naik hingga sampai menembus lebih Rp 5.000 per kg GKP.

Sebab, areal sawah yang masuki panen MT Gadu 2020, kali ini hanya tanaman padi program IP300 dengan luas sekitar 300 ha. 

Sedangkan tanaman padi lainnya baru memasuki panen pada Januari, tahun depan.      

Diberitakan, hama burung pipit dalam jumlah besar, menyerang tanaman padi sawah di hamparan blang (sawah) Cot Seutui, Desa Keude Siblah dan Desa Kuta Bahagia (Paya), Kecamatan Blangpidie, dan blang Beuah Desa Pawoh dan Pantee Parak, Kecamatan  Susoh, Kabupaten Abdya.

Tanaman padi MT Gadu 2020 program Indek Pertanaman 300  (IP 300) dari Distan Aceh tahun 2020 itu, sebagian sudah keluar malai,  berisi serta dan bulir  mulai mengeras. 

Tanaman padi program IP300 tersebut memang ditanam lebih cepat dibading areral sawah lainnnya atau ditanam sejak Sepetember lalu.

Sementara hamparan sawah di sejumlah desa lain di Kecamatan Blangpidie dan dan Susoh, saat itu baru selesai tanam atau masih dalam proses penanaman.

Padahal, tanaman padi yang ditanam tidak serentak sangat rentan serangan hama. Paling tidak, sekarang ini dialami para petani yang mengembangkan tanaman padi  di hamparan blang Cot Seutui, Desa Keude Siblah dan Desa Kuta Bahagia (Paya),  Blangpidie, dan blang Beuah Desa Pawoh dan Pantee Parak, Susoh,

Para petani setempat harus berada di areal sawah dari pagi sampai sore atau hingga menjelang malam untuk menghalau burung pipit dalam jumlah besar.

Areal tananam padi dijaga secara bergiliran melibatkan seluruh anggota keluarga, tidak kecuali para ibu rumah tangga.    

“Jika tidak, dipastikan hasil panen akan berkurang secara drastis akibat dimangsa burung,” kata Suib, salah seorang petani Desa Keude Siblah, Blangpidie kepada Serambinews.com, Minggu (15/11/2020).

Suib menjelaskan kawanan burung pipit dalam jumlah besar tergolong ganas.

“Ketika dihalau berpindah ke lokasi yang tidak terlalu jauh, dan kalau pun terbang jauh  dalam waktu tidak lama, kemudian kembali lagi,” katanya.

Tanaman padi yang mulai berisi dan mengeras itu jika tidak serius dijaga pemiliknya, maka bulir padi berubah warna menjadi putih dan tangkainya menjulang ke atas setelah dimangsa burung.

Mengatasi serangan hama burung, selain harus dijaga ketat, sebagian besar petani mengusir burung dengan cara memasang potongan platik warna perak dan hitam yang diikat pada bentangan tali di hamparan sawah.

Plastik warna perak tampak berkilau ketika dihembus angin sehingga diharapkan bisa mengusir burung. Beberapa petani lainnya, seperti di Desa Kuta Bahagia, petani memasang jaring di atas permukaan hamparan sawah sehingga tidak mampu diterobos burung.

Namun, untuk memasang jaring di atas hamparan sawah butuh biaya lumayan besar.

Beragam cara dilakukan petani untuk mengusir hama burung yang tergolong ganas itu. “Bila tidak, dipastikan hasil panen akan menurun drastis dan bisa gagal,” kata salah seorang petani blang beuah, Desa Pawoh, Susoh. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved