Internasional

Hizbullah Menggugat Saudara PM Lebanon, Menuduh Melakukan Ledakan Besar Pelabuhan Beirut

Kelompok Hizbullah Lebanon menggugat saudara laki-laki yang terasing Perdana Menteri Saad Hariri.

Editor: M Nur Pakar
AP PHOTO/Hussein Malla
Api mengepul dari pelabuhan di Beirut, Lebanon, pada 10 September 2020. Kepanikan terjadi akibat insiden kebakaran itu, yang mengingatkan publik akan dua ledakan yang mengguncang pada Agustus lalu, dan menewaskan ratusan orang. (AP PHOTO/Hussein Malla) 

SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Kelompok Hizbullah Lebanon menggugat saudara laki-laki yang terasing Perdana Menteri Saad Hariri.

Setelah dia menuduh kelompok militan itu bertanggung jawab atas ledakan besar di pelabuhan Beirut awal tahun ini, lapor sebuah stasiun TV Lebanon, Rabu (9/12/2020)/

TV Al-Manar Hizbullah tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kasus yang diajukan terhadap Bahaa Hariri.

Putra mendiang Perdana Menteri Rafik Hariri dan saudara lelaki Saad Hariri yang terasing.

Dilansir AFP, tindakan itu dilakukan seminggu setelah Hizbullah mengatakan pihaknya menuntut mantan anggota parlemen Kristen Fares Souaid dan situs web partai sayap kanan Lebanon.

Baca juga: Jet Tempur Israel Terbang Rendah di Udara Lebanon, Saat Ilmuwan Nuklir Iran Dimakamkan

Karena menuduh Hizbullah bertanggung jawab atas ledakan 4 Agustus 2020 yang menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai ribuan lainnya.

Anggota parlemen Hizbullah, Ibrahim Mussawi, yang mengajukan kasus terhadap Souaid dan situs webnya, mengatakan berencana untuk mengajukan tuntutan terhadap Bahaa Hariri.

Dia merupakan seorang kritikus Hizbullah yang keras yang tinggal di pengasingan.

Ledakan dahsyat pada Agustus itu disebabkan oleh hampir 3.000 ton amonium nitrat, pupuk yang disimpan secara tidak benar di gudang pelabuhan selama enam tahun.

Baca juga: Hizbullah Kutuk Israel Membunuh Ilmuwan Nuklir Iran, Sebut Sebagai Serangan Teroris

Sejak ledakan itu, beberapa lawan Hizbullah dan lainnya menuduh Hizbullah menyimpan bahan kimia peledak di pelabuhan.

Setelah perang saudara Lebanon 1975-90 berakhir, Hizbullah adalah satu-satunya kelompok yang diizinkan untuk menyimpan senjatanya.

Saat memerangi pasukan Israel yang menduduki bagian selatan Lebanon.

Namun, Hizbullah menolak tuduhan tersebut dan tidak ada bukti yang muncul untuk menghubungkan kelompok tersebut dengan bahan kimia peledak.

Investigasi belum memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi atau meminta pertanggungjawaban pejabat senior.

Keluarga para korban telah meminta penyelidikan internasional, di negara di mana serangan dan pembunuhan dengan kekerasan jarang dibawa ke pengadilan.

Baca juga: Perundingan Perbatasan Laut Lebanon dan Israel Ditunda, Perairan Kaya Gas

Otoritas pelabuhan Lebanon, badan keamanan dan kepemimpinan politik semuanya mengetahui penyimpanan bahan kimia peledak di pelabuhan.

Dokumen telah menunjukkan, pelabuhan itu adalah salah satu fasilitas negara di mana korupsi merajalela.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved