Ribuan Warga Antar Abu Paloh Gadeng, Putra Pertama Imami Shalat Jenazah
Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun. Pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Darul Huda Paloh Gadeng, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Tgk H Mustafa Ahmad
LHOKSUKON - Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun. Pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Darul Huda Paloh Gadeng, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Tgk H Mustafa Ahmad atau lebih dikenal dengan Abu Paloh Gadeng (70), meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, pada Rabu (16/12/2020) sekitar pukul 10.00 WIB.
Ribuan warga ikut melaksanakan shalat jenazah hingga mengantar jasad ulama kharismatik Aceh, tersebut ke tempat peristirahatan terakhir.
Shalat jenazah Abu Paloh Gadeng yang dilaksanakan di masjid kompleks dayah itu berlangsung dalam empat gelombang.
Shalat kali pertama yang diimami Tgk Zunuwanis (putra pertama almarhun) merupakan yang paling ramai.
Selain memenuhi masjid, jamaah juga membeludak hingga ke halaman depan, serta samping kiri dan kanan masjid.
Sedangkan jamaah shalat jenazah gelombang kedua hingga keempat hanya di dalam masjid saja.
Abu Paloh Gadeng mengembuskan napas terakhir dalam perawatan di RSUZA akibat mengalami penyakit komplikasi seperti gula darah dan jantung.
Sebelum dirujuk ke Banda Aceh, Tgk Mustafa Ahmad dirawat di Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe.
“Semalam (Selasa malam), Abu Paloh Gadeng dirawat di RS Kesrem Lhokseumawe. Setelah itu dirujuk ke Banda Aceh," ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Utara, Tgk H Abdul Manan (Abu Manan Blang Jruen), kepada Serambi, kemarin.
Setelah mendapat perawatan di RSUZA, menurutnya, kondisi Abu Paloh Gadeng pada Rabu (16/12/2020) pagi sudah mulai membaik.
“Tapi, tak lama kemudian saya mendapat informasi bahwa Abu Paloh Gadeng sudah berpulang ke Rahmatullah,” ungkap Abu Manan.
Terpisah, Kepala Sekretariat MPU Aceh Utara, Muzakkir Fuad, menjelaskan, Abu Paloh Gadeng tiba di RSUZA pada Rabu (16/12/2020) menjelang Subuh.
“Semalam (Selasa malam-red) berangkat dari RS Kesrem Lhokseumawe sekitar pukul 21.20 WIB,” ujarnya.
Setelah sampai di RSUZA, sambung Muzakkir, petugas memeriksa kondisi kesehatan dan uji swab terhadap Abu Paloh Gadeng.
“Hasil swabnya negatif. Abu meninggal dunia karena komplikasi penyakit,” timpal Muzakkir seraya menyatakan beberapa saat kemudian jenazah almarhum dibawa pulang ke dayah untuk di-fardhukifayah-kan.
Jenazah tiba di rumah
Pantauan Serambi, jenazah Abu Paloh Gadeng tiba di rumahnya dalam Kompleks Dayah Madinatuddiniyah Darul Huda, sekitar pukul 15.30 WIB, kemarin.
Ribuan warga sudah memenuhi semua sudut kompleks dayah, terutama seputaran rumah almarhum dan masjid tempat dilaksanakan shalat jenazah.
Sekitar pukul 17.20 WIB, jenazah Abu Paloh Gadeng dibawa ke masjid yang ada di kompleks dayah tersebut yang jaraknya hanya puluhan meter dari rumah almarhum.
Selanjutnya, dilaksanakan shalat jenazah sebanyak empat gelombang.
Menjelang pukul 18.00 WIB, jenazah dibawa dari masjid ke lokasi pemakaman yakni di depan rumah almarhum.
Jarak dari rumah dengan lokasi pemakaman Abu Paloh Gadeng hanya puluhan meter. Ribuan warga tetap memenuhi lokasi itu hingga pemakaman selesai.
Mondok 22 tahun
Sebelum menjadi ulama besar, almarhum Abu Paloh Gadeng adalah sosok santri yang memiliki tekad kuat dalam belajar ilmu agama di dayah.
Hal ini dibuktikan dari lamanya almarhum menghabiskan masa remaja dan mudanya demi belajar ilmu agama.
Abu Paloh Gadeng lahir di Desa Uteun Bunta, Kecamatan Peusangan, Bireuen, pada 1 Juli 1950. Almarhum merupakan anak dari pasangan TgkHAhmad bin Abdul Manaf dan Hj Maimunah.
Serambimemperoleh identitas almarhum dari selembar ihktisar biodata anggota Dewan Paripurna Ulama (DPU) yang masih tersimpan dalam berkas Abu Paloh Gadeng di Kantor MPU Aceh Utara.
Ikhtisar tersebut ditulis Abu Paloh Gadeng menggunakan mesin tik pada 23 Desember 2002 dan ikut diteken oleh Abu Paloh Gadeng sendiri.
Dalam biodata itu tertulis, Abu Paloh Gadeng mulai mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat Indonesia (SRI) tahun 1958 atau ketika beliau masih berusia delapan tahun.
Setelah tamat pada tahun 1964, Abu Paloh Gadeng melanjutkan sekolah ke Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) hingga lulus pada tahun 1966.
Kemudian, Abu Paloh Gadeng kembali melanjutkan pendidikan ke Sekolah Masjid Indonesia (SMI) damn selesai pada tahun 1968.
Sejak tahun 1965, Abu Paloh Gadeng mulai belajar kitab di Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh sampai tahun 1987.
Artinya, Abu Paloh mengaji dan kemudian menjadi guru ngaji di dayah tersebut selama 22 tahun.
Kemudian, Pimpinan Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam,Tgk H M Amin Mahmuh (Abu Tumin) mempercayakan Abu Paloh Gadeng sebagai Ketua Umum Dayah tersebut.
Tahun 1987, Abu Paloh Gadeng diberi izin oleh Abu Tumin untuk menjadi pimpinan Dayah di Desa Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, atas permintaan masyarakat.
Saat meninggal dunia, Abu Paloh Gadeng masih menjabat sebagai Wakil Ketua MPU Aceh Utara Periode 2018-2023.
Sebelumnya, almarhum juga menjabat sebagai Ketua MPU Aceh Utara selama dua periode yaitu 2007-2012 dan 2012-2017. (jaf/bah)