Internasional
'Bu, Kami Butuh Makanan,' Ribuan Warga Sudan Selatan Terancam Kelaparan
Setelah hampir seminggu bersembunyi dari konflik, Kallayn Keneng menyaksikan dua anaknya yang masih kecil meninggal.
SERAMBINEWS.COM, LEKUANGOLE - Setelah hampir seminggu bersembunyi dari konflik, Kallayn Keneng menyaksikan dua anaknya yang masih kecil meninggal.
"Mereka menangis dan menangis dan berkata, 'Bu, kami butuh makanan,'" katanya.
Tapi dia tidak punya apa-apa untuk diberikan.
Terlalu lemah untuk mengubur anaknya yang berusia 5 dan 7 tahun setelah berhari-hari tanpa makan.
Dia menutupi tubuh mereka dengan rumput dan meninggalkan di hutan, seperti dilansir AP, Kamis (24/12/2020).
Sekarang wanita 40 tahun yang berduka itu menunggu bantuan makanan.
Satu dari 30.000 orang dikatakan kemungkinan kelaparan di daerah Pibor, Sudan Selatan.
Penemuan baru oleh para ahli keamanan pangan internasional menunjukkan ini bisa menjadi bagian pertama dunia yang mengalami kelaparan.
Seusai mendeklarasik kemerdekaan pada tahun 2017 dari Sudan, kemudian jauh di dalam perang saudara.
Baca juga: VIDEO - RIBUAN PENGUNGSI dari Ethiopia Memasuki Sudan, Akibat Perang Saudara di Negaranya
Sudan Selatan adalah satu dari empat negara dengan wilayah yang bisa mengalami kelaparan, PBB telah memperingatkan, bersama dengan Yaman, Burkina Faso, dan Nigeria.
Kabupaten Pibor tahun ini telah menyaksikan kekerasan lokal yang mematikan dan banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengganggu upaya bantuan.
Pada kunjungan ke kota Lekuangole bulan ini, tujuh keluarga mengatakan kepada The Associated Press (AP) bahwa 13 anak mati kelaparan dari Februari sampai November. 2020.
Kepala pemerintahan Lekuangole, Peter Golu, mengatakan menerima laporan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari para pemimpin masyarakat.
Bahwa 17 anak telah meninggal karena kelaparan di desa-desa antara September dan Desember 2020.
Laporan Komite Peninjau Kelaparan, yang dirilis bulan ini oleh Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu, tidak lagi menyatakan kelaparan karena data yang tidak mencukupi.