Kilas Balik Tsunami Aceh 2004
16 Tahun Tsunami Aceh | Kisah Anak Pedagang Bakso Hidup Sebatang Kara
Kisah ini pernah ditayangkan dalam Harian Serambi Indonesia pada Kamis (13/1/2005), tepatnya 18 hari setelah tsunami maha dahsyat.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Gempa dan tsunami yang menghantam hampir sebagian wilayah Aceh pada Minggu, (26/12/2004) silam masih meninggalkan bekas yang mendalam di ingatan warga Aceh.
Guncangan berskala magnitudo 9,1–9,3 kemudian disusul terjagan tsunami setingga 30 meter, menenggelamkan ratusan ribu orang yang pada saat itu tengah beraktivitas di pagi hari.
Kala itu, masyarakat Aceh yang wilayahnya masih bernama Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) merasakan kepedihan mendalam akibat kehilangan keluarga, kerabat, tetangga, dan teman dekat.
Dalam rangka kilas balik 16 tahun tsunami Aceh, tepat hari ini 26 Desember, berbagai kisah pilu pun menghiasi duka mendalam bagi Tanah Rencong hingga mengundang simpati dunia pada saat itu.
Satu di antara kisah pilu datang dari anak tukang bakso yang kini tinggal sebatang kara.
Kisah ini pernah ditayangkan dalam Harian Serambi Indonesia pada Kamis (13/1/2005), tepatnya 18 hari setelah tsunami maha dahsyat.
Baca juga: Syekh Ali Jaber Isi Tausiah Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh, Ini Tempat dan Agenda Lengkap Acara
Anak Pedagang Bakso Kini Sebatang Kara
Meski serangan tsunami telah lama berlalu, namun Rahmah Ayu (12), murid kelas enam SD 101 Lampoh Daya, Lamjame, Aceh Besar, masih sering teringat pada ayah dan ibunya yang kini hilang entah ke mana.
Saat tidur di tenda pengungsian, di halaman TVRI, Gue Gajah, Aceh Besar, anak berhidung mancung ini kerap terbangun. Silih berganti ia me- manggil nama ayahnya, Zakaria, dan ibunya, Anidar.
Menurut Samsiah, tante Rahmah yang juga mengungsi, hampir setiap malam Rahmah terbangun dan memanggil-manggil orangtuanya.
Tidak jarang pengungsi lainnya terbangun karena mendengar teriakan pilu Rahmah.
Rahmah yang kini tidak mempunyai orangtua dan saudara ini, mengaku sedang berkumpul di rumahnya di Lamjame saat gempa terjadi, Minggu (26/12).
Ibunya sedang membantu ayah menyiapkan dagangan bakso.
Ayah Rahmah memang terkenal sebagai pedagang bakso yang enak.
Saat gempa terjadi mereka lalu berhambur keluar rumah. Ibunya hanya sempat menyambar Amarmu Hidayat (6 bulan).