Luar Negeri
Pemimpin Hizbullah Tebar Ancaman kepada Israel, Rudal Presisi Sudah Berlipat Ganda
Ketika rudal-rudal itu telah menghantam Israel, mereka akan menduduki wilayah Palestina yang telah direbut Israel.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM – Kelompok Hizbullah Lebanon telah menggandakan jumlah rudal presisi selama setahun terakhir.
Hal tersebut disampaikan pemimpin kelompok itu Hassan Nasrallah dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Minggu, (27/12/2020).
Hassan Nasrallah, dalam wawancara dengan TV Arab Al-Mayadeen, mengatakan kelompoknya memiliki kemampuan untuk menyerang Israel dari segala arah.
Ketika rudal-rudal itu telah menghantam Israel, mereka akan menduduki wilayah Palestina yang telah direbut Israel.
“Jumlah rudal presisi yang dimiliki pejuang sekarang dua kali lipat dari tahun lalu," katanya, dikutip dari Time of Israel, Senin (28/12/2020).
"Setiap target di seluruh wilayah pendudukan Palestina ingin kami pukul secara akurat, kami dapat mencapai itu dengan akurat," sambungnya.
Baca juga: Pemimpin Hizbullah Siap Balas Serangan Israel Hingga Sebut Trump Sedang Marah dan Gila
Baca juga: Normalisasi Sejumlah Negara dengan Israel, Kado Pahit Bagi Rakyat Palestina
Nasrallah mengatakan, ketika Israel mengancam melalui seorang pejabat AS untuk menargetkan fasilitas Hizbullah di wilayah timur Bekaa, kelompoknya memperingatkan akan membalas serangan semacam itu.
Israel dalam beberapa bulan terakhir menyatakan keprihatinan bahwa Hizbullah sedang mencoba membangun fasilitas produksi untuk membuat peluru kendali presisi, laporan Arab News, Senin (28/12/2020).
Selama empat jam wawancara, Nasrallah mengatakan ada banyak hal terkait kelompoknya yang tidak diketahui Israel.
Ia menambahkan, beberapa minggu terakhir pemerintahan Presiden AS Donald Trump dalam keadaan kritis dan harus ditangani dengan hati-hati.
Dia menyebut Trump sedang dalam keadaan "marah" dan "gila", karena kalah dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2020.
Lebih lanjut, Nasrallah mengatakan kelompoknya masih berniat untuk membalas wafatnya Ali Kamel Mohsen Jawad pada bulan Juli lalu, dalam serangkaian serangan udara di Suriah yang dikaitkan dengan Israel.
Serta pembunuhan yang dilakukan AS pada bulan Januari lalu atas Jenderal top Iran Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis, seorang pemimpin milisi pro-Iran di Irak.
Baca juga: Erdogan Keluarkan Pernyataan Kontroversial, Sebut Turki Ingin Jalin Hubungan Baik dengan Israel
Baca juga: Erdogan Ingin Jalin Hubungan Lebih Baik Lagi dengan Israel
"Balas dendam itu akan datang, tidak peduli berapa lama," katanya kepada Al-Mayadeen TV, duduk dengan gambar Soleimani di sebelah kirinya.
Hizbullah adalah salah satu sekutu utama Iran di wilayah tersebut dan merupakan musuh bebuyutan Israel, yang telah melakukan serangkaian konfrontasi, terakhir pada tahun 2006.
Nasrallah menuduh bahwa operasi drone Israel di langit Lebanon mencerminkan "kebingungan.
Menambahkan bahwa Hizbullah memiliki senjata yang memadai untuk melawan drone, dan bahwa kelompok tersebut telah menembaki mereka pada beberapa kesempatan.
Awal bulan ini, Hizbullah mengklaim sebuah pesawat tak berawak miliknya sendiri telah berhasil memasuki wilayah udara Israel tanpa terdeteksi oleh Pasukan Pertahanan Israel.
Mereka mengklaim telah mengambil rekaman pangkalan militer yang diduga di Galilea Atas.
Dalam wawancara tersebut, Nasrallah mengklaim bahwa musuh regionalnya, Arab Saudi telah lama berusaha untuk membunuh kelomponya.
Baca juga: Tunisia Tidak Tertarik Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel
Baca juga: Pengadilan Israel Bebaskan Tentara Penembak Mati Pemuda Palestina
Ia mengatakan bahwa kerajaan tersebut telah melibatkan Amerika Serikat dan Israel dalam rencana tersebut.
"Data kami menunjukkan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman mengangkat masalah pembunuhan saya selama kunjungannya ke Washington," katanya.
Nasrallah menambahkan bahwa Amerika menyetujui permintaan Saudi untuk membunuh dirinya, dan Israel akan melakukan hal itu.
Mengenai keputusan baru-baru ini oleh serangkaian negara Arab untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel, Nasrallah mengatakan dia tidak terkejut dengan kekecewaan Arab.
“Karena sebagian besar rezim Arab dulu hanya menjual kata-kata kepada Palestina," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko menjalin hubungan dengan Yerusalem berarti bahwa periode "kemunafikan" telah berakhir dan "topeng telah jatuh."
"Sebagai seorang Islamis, saya menemukan posisi Partai Keadilan dan Pembangunan di Maroko lebih menyakitkan dan lebih berbahaya daripada normalisasi rezim," tambah Nasrallah.
Baca juga: Lagi, Mahmoud Omar Kameel Remaja Palestina Meninggal Dunia Ditembak Pasukan Israel
Baca juga: Presiden Palestina Sambut Baik Sikap Indonesia yang Tolak Normalisasi Hubungan dengan Israel
"Tidak ada di dunia ini yang membenarkan siapa pun di dunia ini untuk menyerahkan Palestina," sambungnya.
Menanggapi pemerintahan Presiden Joe Biden yang akan datang, Nasrallah mengatakan Iran tidak akan bernegosiasi dengan AS atas nama sekutunya atau membahas konflik di wilayah tersebut.
Dia mengatakan Teheran akan berbicara dengan Washington hanya tentang kesepakatan nuklir Iran. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca Juga Lainnya:
Baca juga: Polisi Ini Mampu Mengingat 2.000 Tersangka dari Berbagai Kasus, Kini Dijuluki Manusia Memori
Baca juga: Wanita 38 Tahun Lompat dari Lantai 4 Sebuah Hotel saat Bersama Pria, Panik Digerebek Satpol PP
Baca juga: Penyelidikan Tewasnya 6 Laskar FPI, Komnas HAM Dapatkan Rekaman CCTV dan Percakapan