Opini

Menyikapi Tahun Baru

Seperti biasa, untuk sekian kalinya kini dunia kembali dihadapkan dengan pergantian tahun masehi

Editor: hasyim
zoom-inlihat foto Menyikapi Tahun Baru
IST
MUHADI KHALIDI, M.Ag., Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry dan Anggota Komunitas Menulis Pematik Chapter Aceh Tenggara, melaporkan dari Banda Aceh

Muhadi Khalidi, M.Ag

Staf Ahli Wakil Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Anggota Komunitas Menulis Pematik Chapter Aceh Tenggara

Seperti biasa, untuk sekian kalinya kini dunia kembali dihadapkan dengan pergantian tahun masehi. Pada malam penyambutan tahun baru ini banyak sekali kegiatan baik dari kalangan masyarakat maupun pemerintahan di seluruh belahan dunia untuk menyambutnya

dengan sebuah perayaan. Minimal, kegiatan yang rutin dilakukan adalah bergadang sampai malam dan menjadi saksi ketika tahun baru berganti.

Bukan hal yang baru lagi, bagi kalangan muslim, perayaan tahun baru kerap diperdebatkan setiap tahunnya. Sebagian berpendapat boleh-boleh saja asal diisi dengan hal-hal yang positif, seperti zikir ataupun baca ayat-ayat Alquran. Namun sebagian ulama melarang

dengan berbagai alasan, salah satunya perayaan ini termasuk meniru perbuatan orang-orang di luar Islam.

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, setiap individu memiliki pilihan masing-masing khususnya dalam menyikapi pergantian tahun, atau hanya memilih diam saja karena tidak ingin berlebel kafir. Adapun bagi yang merasa bahwa momentum tahun baru tidak ideal

dilewatkan begitu saja, maka ada beberapa tawaran untuk menyikapinya;

Pertama adanya planning (perencanaan). Planinnig merupakan langkah awal seseorang untuk menetapkan keinginan di masa yang akan datang, setidaknya keinginan tersebut dapat diraih dalam kurun waktu satu tahun. Dalam Islam, setiap Muslim mestinya memiliki planning

terlebih untuk menjalani kehidupan. Allah Swt berfirman; "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (QS. Al-Anfal: 60).

Ayat ini memiliki tujuan menyeru seorang Muslim agar mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh kala perang berlangsung. Namun kata "siapkan" dapat dikontekstualisasikan sebagai motiviasi hidup,  khususnya dalam mempersiapkan ataupun perencanaan ke depan. Semua

itu layak dipersiapkan agar seorang individu lebih berpotensi mencampai target dan meminimalisir peluang kegagalan. Tidak berlebihan jika planning disebut sebagai kompas kehidupan karena hari ini, kesuksesan seseorang adalah manifestasi dari strategi dan persiapan yang lebih matang.

Perencanaan menikah misalnya, setiap individu harus memiliki target kapan ia akan menikah selaku momen terindah dalam kehidupan. Agar pernikahan dapat terwujud dengan baik, tentu banyak bekal yang harus dipersiapkan seperti mahar, mental, restu orangtua, dan lain

sebagainya. Tanpa adanya persiapan, pernikahan ideal tidak akan pernah terlaksana. Begitu juga bagi seorang pegawai yang ingin naik jabatan, pasti ia akan mempersiapkan berbagai syarat agar targetnya tercapai.

Kedua, action (aksi). Setelah memiliki perencanaan yang baik maka langkah selanjutnya diperlukan aksi atau dikenal juga dengan usaha. Bahkan ada yang bilang, usaha lebih berperan penting dalam mendukung kesuksesan dibandingkan perencanaan. Meskipun tidak dinafikkan jika rencana yang bagus lebih ideal bila ditindaklanjuti dengan aksi yang bagus pula.

Selanjutnya, untuk mempercepat suatu aksi, maka implementasikan dengan bekerja secara professional. Sebagaimana Allah Swt berfirman; "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan

melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (QS. Al-Bayyinah: 7)

Dalam hadis disebutkan juga; "Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja mengerjakannya secara professional". (HR. Thabrani).

Tawaran yang ketiga adalah "doa". Doa atau sering disebut dengan meminta sesuatu kepada sang Khaliq, merupakan langkah berikutnya untuk memuluskan pencapaian dari target ataupun planning yang telah direncanakan. Alquran juga menyerukan kepada setiap Muslim

untuk berdoa, karena Allah Swt mengabulkan setiap orang yang berdoa kepada-Nya. Dalam Alquran disebutkan; "Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepadaku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu, dan sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina (QS. Al-Mu'min:60).

Sungguh penting peran doa dalam kehidupan, bahkan bagi yang enggan berdoa kerap dikaitkan dengan hamba yang sombong. Logikanya, manusia memiliki Tuhan tempat ia meminta segalanya. Bukankah jika tidak berdoa menunjukkan manusia seolah bisa memperoleh segalanya tanpa izin Allah? Nauzubillah! Oleh karenanya, para ulama pun mengkatagorikan doa sebagai ibadah kepada Allah Swt. Sejarah telah menjadi bukti, berapa banyak kesuksesan para Nabi dan Rasul itu terjadi karena doanya.

Terakhir, evaluasi diri. Ini penting dilakukan sebagai salah satu cara menilai sejauh mana pencapaian dari planning ataupun usaha yang sudah dilakukan. Evaluasi diri tidak mesti dilakukan pada akhir tahun tapi bisa dilakukan setiap bulannya. Allah Berfirman; "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka

itulah orang-orang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga, penghuni-penghuni surga itulah orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr:18-20).

Ayat ini menjelaskan bagaiman seruan Allah kepada hambanya tentang terus berbenah diri untuk persiapan di masa yang akan datang termasuk persiapan bekal untuk di hari akhirat kelak nanti.

 Makna tahun baru

Tidak sedikit manusia yang berbahagia akan datangnya tahun baru. Sebagian meyakini bahwa tahun baru adalah titik awal untuk memulai hal yang lebih baik. Seperti melakukan perubahan terhadap diri, serta target impian-impian yang ingin diraih. Namun ada juga

berpandangan "tahun baru adalah masalah baru". Ini karena niat dalam diri yang sudah tidak dibina dengan baik. Maka dari itu, sebagai seorang Muslim, jangan terlalu fanatik menanggapi

orang-orang yang melaksanakan tahun baru. Apalagi sampai melakukan protes bahkan melakukan demo dimana-mana. Cukuplah dari diri sendiri dengan tidak mengikuti budaya nonmuslim tanpa harus mengkafirkan sesama Islam di sana-sini.

Di Aceh sendiri tidak ada perayaan tahun baru, bahkan pemerintah komitmen melakukan swipping ataupun razia bagi Muslim yang merayakannya. Apalagi nuansa pandemi belum berakhir, upaya pencegahan keramaian tentu akan ditingkatkan semaksimal mungkin khususnya pada kawasan berbasis wisata di Aceh. Pelarangan perayaan tahun baru sendiri bukan kebijakan dari di tanah rencong, beberapa pimpinan sebelumnya juga sering menerapkan Aceh sebagai

salah satu daerah di Indonesia yang konsisten melarang perayaan tahun baru. Minimal, nama besar Aceh selaku daerah syariat Islam tidak tercoreng oleh perayaan yang tidak bermanfaat.

Oleh karenanya, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita menghadapi tahun ini. Apakah kita masih seperti biasa dalam artian tidak ada perubahan menjadi lebih baik? Dan Alquran sudah mewanti-wanti hal demikian; "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (QS.Ar-Ra'd:11).

Jadi, hanya diri sendiri yang bisa mengubah nasib bukan orang lain, maka dari itu buat planning yang baik, kemudian lakukan ikhtiar, jangan lupa berdoa dan lakukan evaluasi terhadap diri sendiri. Insyallah tahun ini akan dilalui dengan capaian-capaian yang memuaskan. Amin. muhadikhalidi@gmail.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved