Breaking News

Politik Luar Negeri

Politik Luar Negeri Turki Sepanjang 2020 Ubah Keseimbangan Kawasan Mediterania Timur

Kebijakan luar negeri Turki menghadapi tantangan pada tahun 2020, tetapi berhasil mengambil tindakan tegas.

Editor: Taufik Hidayat
AFP/File
Ketegangan meningkat sejak fregat Turki dan Yunani bertabrakan di laut Mediterania Timur pada Agustus 2020 di dekat salah satu kapal eksplorasi Turki. 

SERAMBINEWS.COM, ISTANBUL - Langkah-langkah diplomatik dan militer Turki di Mediterania Timur dan Libya pada tahun 2020, telah mengubah keseimbangan regional di kawasan itu.

"Yunani, Prancis, dan pemerintah Siprus Yunani telah mencoba, tetapi gagal memenjarakan Turki di Mediterania," kata Profesor Ferhat Pirincci dari Universitas Uludag, beberapa hari lalu.

Ketegangan di Mediterania Timur dimulai ketika pemerintahan Siprus Yunani membuat beberapa perjanjian internasional yang mengabaikan hak Republik Turki Siprus Utara (TRNC) untuk bekerja pada ekstraksi sumber daya alam di sekitar pulau.

Perusahaan-perusahaan Barat, didukung oleh pemerintah mereka, memulai kegiatan eksplorasi dan pengeboran gas alam melalui perjanjian dengan Yunani. Ketika ladang gas alam besar ditemukan di Mediterania Timur, pemerintah Yunani menandatangani perjanjian Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) satu demi satu.

Terlepas dari peringatan Turki dan Republik Turki Siprus Utara, otoritas Mesir, Yunani, pemerintahan Siprus Yunani dan Israel membentuk Forum Gas Mediterania Timur di Kairo dan mencoba meninggalkan Libya, Lebanon, dan Turki.

Namun Turki dan Libya yang mencapai kesepakatan mengenai batas maritim di Laut Mediterania pada 27 November 2019 mengubah rencana tersebut.

Pirincci mencatat kebijakan luar negeri Turki menghadapi tantangan pada tahun 2020, tetapi berhasil mengambil tindakan tegas. Perjanjian yang ditandatangani dengan Libya memberikan ruang bagi kebijakan Turki di Mediterania timur.

Pada saat yang sama, Mediterania Timur merupakan elemen yang mendukung strategi keamanan Turki di Timur Tengah dan kebijakan global, dan masalah tersebut tidak hanya terbatas pada masalah Libya atau Mediterania, katanya.

Pirincci mengatakan ini adalah tindakan yang mempengaruhi Timur Tengah dan keseimbangan kekuatan global. Hal ini mencerminkan keberhasilan Turki pada tahun 2020.

Baca juga: Lowongan Kerja BUMN PT SMF, Ini Syaratnya, Minimal Lulusan S1

Baca juga: Gisel Jadi Tersangka, Pakar Telematika: Video Aslinya Lebih dari 19 Detik, Dibuat 3 November 2017

Baca juga: Pria Ini Bersembunyi di Kamar Mandi Tetangga, Terungkap Semua Kejahatannya Hingga Ditinggal Istri

Baca juga: Pakar Telematika Ungkap Video Asli Gisel Lebih dari 19 Detik, Video Syur Gisel Direkam Hari Jumat

Turki Perkuat Posisi di Mediterania Timur

Profesor Suleyman Kiziltoprak dari Departemen Sejarah, Universitas Mimar Sinan di Istanbul mengatakan Turki menggunakan semua haknya sesuai dengan hukum internasional.

Kiziltoprak menyatakan masyarakat internasional harus fokus pada mengapa negara-negara imperialis seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, Prancis dan Italia berada di Libya, ketimbang mempertanyakan kehadiran Turki di Libya.

Kiziltoprak mempertanyakan prinsip apa yang digunakan oleh Uni Emirate Arab (UEA), Mesir, dan Arab Saudi untuk mendukung jenderal pemberontak Haftar yang telah mengganggu persatuan dan integritas Libya?

Dia mengatakan hubungan Turki dengan Libya juga signifikan karena Turki juga melindungi hak-haknya di Mediterania, Laut Aegea, dan pulau Siprus.

Yunani dan pemerintahan Siprus Yunani yang tidak dapat berperang sendirian dengan Turki, membuatnya harus mencari dukungan Israel, Prancis dan Mesir untuk mendistribusikan bagiannya di wilayah tersebut, kata Profesor Ata Atun dari Universitas Sains Siprus.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved