Berita Banda Aceh

Dyah Kunjungi Pemenang Aceh Berdikari, Tudung Saji Etnik Aceh Jaya akan Dipakai di VVIP Bandara SIM

Kunjungangan itu disela-sela kesibukannya mendampingi kunjungan kerja Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT ke Pantai Barat, Aceh, pada 30 Desember 2020

Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Mursal Ismail
Humas Pemerintah Provinsi Aceh
Ketua TP PKK Aceh, Dyah Erti Idawati bersama Ketua Dekranasda Aceh Jaya, Ernani Wijaya, berfoto bersama Mak Leot Asyiah, perajin tudung saji motif batik Aceh Jaya di Keudee Krueng Sabee, Aceh Jaya, Rabu (30/12/2020). 

Dyah Erti Idawati disambut langsung oleh Pemilik Usaha Lilis Laundry, Lilis Hidayanti (26).

“Alhamdulillah, tak menyangka ibu berkunjung ke sini. Saya lanjutkan sewa tempat ini dengan dana stimulan Aceh Berdikari dari Bapak Gubernur Aceh,” lapor Lilis tanpa ditanya.  

Lilis salah satu dari 200 entrepreneur muda yang terpilih dalam sayembara Aceh Berdikari dan mendapat bantuan dana stimulan dari Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT. 

Bantuan itu diberikan agar pelaku usaha itu tetap dapat bertahan di tengah-tengah terpaan pandemi Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) saat ini. 

Ditanya perkembangan usahanya, Lilis kembali bersyukur.

Meski pelanggannya sedikit susut akibat pandemi Covid-19, namun masih melayani 60 kepala keluarga dan pelanggan perorangan lainnya.

Karena itu, ia masih dapat mempekerjakan enam mahasiswi untuk membantu mencuci dan menyeterika pakaian sekitar 70 sampai 80 kg/hari. 

Selanjutnya, Dyah Erti Idawati juga mengunjungi usaha jagung pecah milik M Iqbal Lintang Dalu (31), entrepreneur muda penerima dana stimulan Aceh Berdikari lainnya. 

Iqbal yang membuka usaha jagung pecah bertajuk Mitra Ternak Abadi di Gampong Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, itu menyambut kedatangan Dyah Erti Idawati dengan menunjukkan kemasan-kemasan pakan ayam dalam kondisi siap distribusikan kepada pelanggannya. 

“Ada pesanan 500 kilogram dan harus dikirim hari ini usai dipackaging semua,” jelas Iqbal.

Ditanya omzet dan keuntungannya, Iqbal mengatakan omsetnya tiga ton/bulan, dengan keuntungan sekitar Rp 3 juta.

Margin keuntungannya kecil karena biaya produksi masih tinggi. Biaya produksi dapat ditekan lagi bila ada gudang penyimpanan bahan bakunya. 

Ia mengaku membeli biji jagung dari petani sesuai daya tampung tokonya.  Akibatnya, selain harga biji jagung agak mahal juga biaya angkutannya. 

Tapi, bukan entrepreneur namanya bila mudah menyerah. Margin keuntungannya yang kecil itu disiasasti dengan mengolah limbah dari pemecahan biji jagung menjadi produk pakan jenis lain, yakni pellet jagung.

Hasil penjualan pelet jagung itu juga lumayan membantu biaya operasional usahanya. Ia pun bersyukur mendapat bantuan stimulan Aceh Berdikari.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved