Setelah 59 Tahun, Sebutan Unsyiah Berganti dengan USK

Surat yang intinya tidak membolehkan lagi Unsyiah dipakai sebagai akronim dari Universitas Syiah Kuala terhitung 1 Januari 2021

Editor: bakri
For Serambinews.com
Gedung Kantor Pusat Administrasi (KPA) Universitas Syiah Kuala (USK) di kawasan Darussalam, Banda Aceh. 

* Statuta Diubah untuk Peningkatan Status

Perubahan seperti ini, tambah Rektor, juga pernah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi lain di Indonesia. Misalnya, Universitas Brawijaya yang sebelumnya bernama Unibraw kemudian menjadi UB. Lalu, Universitas Lambung Mangkurat yang sebelumnya adalah Unlam, namun sekarang menjadi ULM. “Terkait perubahan ini, kami mengajak seluruh elemen masyarakat termasuk media, agar mulai menggunakan sebutan USK untuk Universitas Syiah Kuala,” ajak Prof Samsul Rizal.

Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng, mengeluarkan surat yang intinya tidak membolehkan lagi Unsyiah dipakai sebagai akronim dari Universitas Syiah Kuala terhitung 1 Januari 2021. Sebagai ganti akronim tersebut, ke depan akan digunakan singkatan baru dan baku sebagai satu-satunya singkatan resmi dari Universitas Syiah Kuala yakni USK.

Pengaturan nomenklatur singkatan baru itu tertuang dalam Surat Rektor Universitas Syiah Kuala Nomor B/6317/UN11/0T.00.00/2020 tanggal 30 Desember 2020 tentang Penyelarasan Penulisan dan Penyebutan Singkatan Unsyiah. Dalam surat ringkas itu, Rektor Samsul Rizal menyebutkan bahwa berdasarkan Statuta Universitas Syiah Kuala Nomor 99 Tahun 2016, akronim Universitas Syiah Kuala adalah Unsyiah.

Namun, sehubungan dengan perubahan Statuta Universitas Syiah Kuala seperti tercantum dalam proposal usulan peningkatan status perguruan tinggi ini, dari Perguruan Tinggi Negeri-Badan Layanan Umum (PTN-BLU) menjadi Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum (PTN-BH), maka terhitung 1 Januari 2021 akronim Unsyiah diubah dengan singkatan USK. Proposal usulan tersebut kini sedang dalam proses pengesahan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

Rektor menyampaikan surat tersebut kepada berbagai pihak. Di antaranya, kepada Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat, para wakil rektor, para dekan, direktur program pascasarjana, para pimpinan dan sekretaris lembaga, para kepala unit pelaksana teknis (UPT), kepala pusat bisnis di lingkungan Universitas Syiah Kuala, serta Koordinator Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Gayo Lues.

Rektor berharap agar semua pihak yang disurati mengetahui perubahan itu dan mulai menggunakan singkatan USK setelah 1 Januari 2021 serta aktif menginformasikannya kepada staf di unit kerja masing-masing.

Pada bagian lain, Rektor dalam siaran pers yang dikirim Kepala Humas Universitas Syiah Kuala, Chairil Munawir MT SE MM, kepada Serambi, Selasa (5/1/2021) sore, mengungkapkan, dengan sebutan USK, maka semua unsur kata pada nama Universitas Syiah Kuala terwakili. Hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan Universitas Syiah Kuala untuk mengganti sebutannya.

Perubahan seperti ini, tambah Rektor, juga pernah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi lain di Indonesia. Misalnya, Universitas Brawijaya yang sebelumnya bernama Unibraw kemudian menjadi UB. Lalu, Universitas Lambung Mangkurat yang sebelumnya adalah Unlam, namun sekarang menjadi ULM. “Terkait perubahan ini, kami mengajak seluruh elemen masyarakat termasuk media, agar mulai menggunakan sebutan USK untuk Universitas Syiah Kuala,” ajak Prof Samsul Rizal.

Berdasarkan catatan Serambi, akronim Unsyiah sudah melekat pada universitas negeri tertua di Aceh tersebut sejak diresmikan 59 tahun silam. Tiga tahun lalu, akronim Unsyiah sempat menimbulkan pro-kontra karena ada pihak luar--terutama para pendukung Sunni--yang mengira Unsyiah sebagai kampusnya orang-orang yang beraliran atau bermazhab Syi'ah.

Untuk diketahui, Syi'ah adalah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam yang secara umum menolak kepemimpinan dari tiga khalifah Islam (orang Arab menyebutnya Sunni) yang pertama yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Padahal, pada saat kepemimpinan tiga khalifah inilah Alquran dikumpulkan dari bentuk lembaran-lembaran menjadi sebuah buku utuh (kodivikasi Alquran).

Syiah berasal dari kata Syīʿatu ʿAlī, (pengikut Ali) yang mereka memiliki keyakinan bahwa Rasul dalam agama Islam yakni Nabi Muhammad SAW, menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya dan imam (pemimpin) setelahnya, terutama pada acara Ghadir Khum, tapi Ali gagal menjadi khalifah sebagai akibat dari insiden di Saqifah. Dengan demikian, mereka mengingkari kepemimpinan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan.

Sementara itu, kaum Islam Sunni meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk seorang penerus secara langsung dan menganggap Abu Bakar lah yang ditunjuk sebagai khalifah melalui syura (konsensus komunitas di Saqifah) untuk menjadi khalifah sah pertama setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Berbeda dengan tiga khalifah pertama, Ali bin Abi Thalib berasal dari klan yang sama dengan Nabi Muhammad SAW yakni Bani Hasyim, juga menjadi sepupu Nabi dan menjadi laki-laki pertama yang menjadi muslim.

Penganut Syiah biasa juga dipanggil Syiah Ali, Syiah; Syiya'an (شِيَعًا) (jamak); Syi'i (شيعي) atau Syi'ite (tunggal). Pada akhir tahun 2000-an, Syi'i diperkirakan mencakup 10-15 persen dari seluruh muslim. Terbanyak mereka berada di Iran dan beberapa negara lain.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved