Abu Bakar Baasyir Bebas
Pernah Terlibat Pelatihan Teroris di Aceh, Pengaruh Abu Bakar Baasyir Kini Dinilai Mulai Berkurang
Pemimpin JAT ini dinyatakan terbukti terlibat pelatihan militer kelompok teroris di Aceh, dan ditahan sejak Agustus 2010.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pengamat menilai pemimpin Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Baasyir tidak akan berdampak signifikan terhadap gerakan terorisme di Indonesia, karena dianggap sudah tidak lagi berada dalam komando JAT.
Setelah menjalani pidana penjara selama 15 tahun dikurangi dengan remisi 55 bulan, Abu Bakar Baasyir resmi bebas murni pada Jumat sekitar pukul 05.30 WIB dari Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur.
Baasyir divonis 15 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 16 Juni 2011 karena melanggar Pasal 15 jo 7 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Pemimpin JAT ini dinyatakan terbukti terlibat pelatihan militer kelompok teroris di Aceh. Dia ditahan terkait kasus ini pada Agustus 2010.
Sebelumnya, Baasyir juga pernah divonis dua tahun enam bulan karena terkait dengan serangan bom Bali 2002. Dia kemudian bebas pada Juni 2006.
Pada Jumat, Baasyir dijemput hanya oleh keluarga dan kuasa hukumnya, kemudian langsung bertolak ke Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Keluarga telah menyatakan akan mendukung apabila Baasyir ingin berdakwah setelah bebas, meski menurut Abdul Rochim —putra bungsu Baasyir—, ayahnya tidak mungkin beraktivitas seperti dulu karena faktor usia dan fisik.
Baca juga: Abu Bakar Baasyir Resmi Bebas Hari Ini, Mengapa Dilakukan Pagi-pagi?
Baca juga: VIDEO Abu Bakar Baasyir Bebas Murni Dari Lapas Gunung Sindur
Baca juga: FOTO - Pembebasan Abu Bakar Baasyir Setelah Dihukum 15 Tahun Penjara di LP Khusus Gunung Sindur
Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan bebasnya Baasyir tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan lantaran tidak lagi memiliki pengaruh signifikan.
Menurut dia, Baasyir telah ditinggalkan oleh banyak pengikutnya karena karakter Baasyir sebagai pemimpin yang “populis dan oportunis".
“Dia keluar sebagai pemimpin yang sudah tua renta, seperti keluar dari planet lalu mengambang. Tidak mengakar dan tidak mencantol ke atas,” kata Al Chaidar kepada Anadolu Agency, Jumat.
“Al Qaeda sudah tidak mau membantu lagi, akar ke bawahnya sudah hilang juga. Pengikutnya tinggal sedikit, mungkin hanya satu persen, itu pun atas nama kemanusiaan,” lanjut dia.
Al Chaidar menjelaskan, pendukung Baasyir telah banyak berpaling sejak dia meninggalkan Jemaah Islamiyah (JI) dan bergabung dengan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).
Sikap Baasyir yang kemudian mengkritik sistem organisasi MMI sebagai sistem Yahudi juga membuat dia kehilangan pengikut.
Baasyir setelah itu meninggalkan MMI dan mendirikan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Namun dia juga meninggalkan JAT dan berbaiat kepada Daesh sekaligus bergabung dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) setelah berkenalan dengan Aman Abdurrahman.
Keputusan Baasyir untuk berbaiat kepada Daesh membuat pendukungnya di JAT kecewa dan Al-Qaeda menarik dukungan terhadap Baasyir.