Tanah Bergerak, Warga Diminta Mengungsi

Masyarakat Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar dihebohkan dengan fenomena tak lazim yaitu pergerakan tanah

Editor: bakri
SERAMBINEWS.COM/ASNAWI LUWI
Tim Prodi Teknik Geologi USK Banda Aceh sedang selidiki penyebab tanah bergerak di Gampong Lamkleng,  Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, Rabu (13/1/2021). 

JANTHO - Masyarakat Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar dihebohkan dengan fenomena tak lazim yaitu pergerakan tanah hingga membentuk rekahan besar memanjang, Selasa (12/1/2021).

Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar melalui petugas Pusat Pengendalian Operasi-Penangulangan Bencana (Pusdalops-PB), Ikbal dalam keterangan tertulisnya yang diterima Serambi menyebutkan, fenomena pergeseran struktur tanah itu terjadi di permukiman masyarakat Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie.

“Fenomena itu sudah terjadi sejak Minggu, 10 Januari 2021. Sebuah rumah di sekitar rekahan tanah terancam ambruk,” ucapnya.

Mengutip keterangan warga setempat, pergerakan tanah itu semakin meluas dengan lebar rekahan antara 10 hingga 40 cm. Merespons laporan tersebut, pihak BPBD Aceh Besar di bawah koordinasi Kabid Darurat Logistik langsung menuju lokasi kejadian untuk melakukan asesmen awal dan pendataan.

Sementara itu, Ketua Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala (MIK USK), Dr Nazli Ismail, yang turun langsung ke lokasi Rabu (13/1/2021) pagi, menganjurkan agar warga yang berada di lokasi rawan pergerakan tanah agar segera mengungsi.

Nazli Ismail menyimpulkan, terjadinya tanah bergerak dan rekahan memanjang tersebut disebabkan oleh tanahnya sudah jenuh terhadap air. Kejadian ini erat kaitannya dengan tingginya curah hujan dalam sepekan terakhir di wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh, sehingga menyebabkan tanah labil.

Kebetulan, lokasi tanah bergerak itu hanya sekitar 30 meter dari Sungai (Krueng) Aceh. Rekahannya pun memanjang mengikuti alur sungai. Tebing tanah pun miringnya ke arah sungai. Semua ini, kata Nazli yang juga unsur Dewan Pakar Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) Aceh,  berkontribusi terhadap terjadinya fenomena tanah bergerak dan merekah dengan kedalaman sekitar 10-40 cm.

"Saat saya amati hari ini (kemarin, red), kedalamannya bahkan mulai bertambah, dari 40 menjadi 70 cm. Ini menandakan tanahnya terus bergerak ke arah sungai," kata Nazli.

Karena pertimbangan bahwa tanah tersebut masih terus bergerak dan rekahannya kian melebar, Nazli menyarankan agar penduduk yang bermukim di kawasan itu segera mengungsi demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Menurut Nazli, untuk saat ini setidaknya tiga rumah yang kondisinya sudah sangat riskan karena berada di jalur tanah yang amblas tersebut. Belasan rumah lainnya terletak agak jauh, tapi tetap berada di zona yang berisiko tinggi.

"Semua mereka saya anjurkan segera mengungsi dan sebaiknya nanti jangan lagi bermukim di situ. Kondisinya riskan," kata Dosen Prodi Fisika FMIPA USK ini.

Nazli mengingatkan bahwa bukan saja mereka yang berumah di dekat lokasi tanah bergerak itu, tapi mereka yang beraktivitas di padang gembalaan dalam desa itu pun kini tak lagi aman. "Bisa saja kalau terjadi hujan deras lagi dan tebing sungai terus tergerus, penggembala dan ternaknya bisa terkubur saat tanah amblas. Kita berharap ini jangan sampai terjadi. Maka, kurangi aktivitas menggembala di lokasi tersebut," saran Nazli.

Ia juga menyarankan agar Pemkab Aceh Besar segera melakukan penyelamatan terhadap tebing sungai sehingga tidak menyebabkan tanah di permukiman penduduk di dekat sungai itu terus amblas. Nazli menawarkan solusi dengan menanam sesegera mungkin pepohonan tertentu  yang akarnya mampu mencegah tebing sungai longsor atau amblas.

Nazli mengatakan dia bersama tim  survei dari USK akan datang lagi beberapa hari ke depan untuk mengamati perkembangan lebih lanjut dari fenomena tanah bergerak. Selain Nazli dari MIK sekaligus mewakili TDMRC USK, kemarin tim survei dari Prodi Teknik Geologi pada Fakultas Teknik  USK juga tiba di lokasi melakukan observasi. Juga ada dari Prodi Fisika FMIPA USK.

Rektor USK, Prof Dr Samsul Rizal MEng menyebut tim yang turun itu merupakan tim gabungan dari USK. "Semua mereka tim kita, tim Geophysics datang untuk melakukan observasi awal. Besok akan ada survei lanjutan dengan memobilisasi beberapa peralatan," ujar Samsul Rizal.

Sebelumnya, Ketua Prodi Teknik Geologi FT USK, Dr Bambang Setiawan ST MEngSc juga datang langsung ke lokasi. Ketika ditanyakan apakah kejadian tanah bergerak itu merupakan fenomena likuefaksi, Bambang mengatakan harus dilakukan survei terlebih dahulu untuk memastikan hal itu.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved