Dikenal Baik dan Kerap Beri Makan Gelandangan, Ternyata Pedagang Ini Jual Daging Manusia

Karl Denke atau yang kadang disebut Papa Denke, lahir dari keluarga terhormat, bersikap baik hati, dan kerap menolong gelandangan.

Editor: Amirullah
Tribunjateng/dok
Ilustrasi daging 

Ia kerap menjadi sukarelawan di gereja lokalnya. Dia memainkan organ secara teratur. Dia juga membawa salib untuk pemakaman setempat.

Baca juga: Fakta-fakta Jelang Pelantikan Presiden AS Joe Biden: Diramaikan Bintang Ternama, Perayaan 5 Hari

Baca juga: Salah Kelola Subsidi, Perdana Menteri Belanda dan Seluruh Kabinetnya Mengundurkan Diri

Pemakaman ini pada akhirnya menghubungkan Denke dengan para migran dan gelandangan di kota. Di upacara-upacara pemakaman, ketika melihat para gelandangan, ia menawarkan mereka tempat tinggal.

Tetapi sebanyak 40 migran tidak pernah terlihat keluar dari rumahnya.

Lalu ketika Jerman mengalami inflasi setelah Perang Dunia I, kehidupan di Eropa Timur menjadi sangat sulit.

Denke harus menjual rumahnya, yang diubah oleh investor menjadi kompleks apartemen, dan kemudian dia menyewa dua kamar di sebelah tokonya mulai tahun 1921 ketika depresi ekonomi melanda Jerman.

Denke mulai menerima migran tunawisma pada tahun yang sama, dan orang-orang di sekitar terlalu miskin untuk peduli dengan apa yang terjadi pada orang lain.

Aksi keji Denke terjadi. Para tunawisma yang masuk ke rumahnya dibunuh. Tubuh mereka diolah oleh Denke, diperlakukan seperti hewan ternak.

Denke menyulap para korbannya menjadi ikat pinggang kulit, tali sepatu, dan bretel yang ke semuanya dikira pembeli berasal dari sapi.

Baca juga: Viral Video Pengungsi Gempa Sulbar Diduga Jarah Mobil Logistik, Polisi: Masih Diselidiki

Baca juga: Anda Merasakan Waktu Berlalu Begitu Cepat? Ternyata Ini yang Bikin Bumi Berputar Lebih Cepat

Tidak ada yang curiga

()Karl Denke tewas bunuh diri.All Thats Interesting.

Warga sekitar merasa tidak memiliki alasan untuk mencurigai kekejian Denke.

Pertama, lelaki tua itu tampaknya adalah pria baik hati yang berusaha sebaik mungkin meski kondisi negara sedang suram. Ia bahkan sempat menghadiri gereja.

Kedua, dampak Perang Dunia I membuat Jerman terguncang. Daerah di Polandia tempat tinggal Denke berada di bawah kendali Jerman dalam Perang Dunia I dan hiper-inflasi yang tidak terkendali membuat nilai Jerman hampir tidak berharga.

Depresi ekonomi menyebabkan lebih banyak masa-masa sulit. Denke tidak mampu membeli apa pun dengan uang tunai, jadi dia beralih ke persediaan barang yang gratis pada saat itu.

Alasan itu cukup untuk melihat Denke adalah pribadi yang bekerja keras, dan tidak tampak seperti pembunuh.

Ketiga, tidak satu pun warga yang curiga dengan acar toples daging babi tanpa tulang yang dijual Denke.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved