Perubahan Nama Unsyiah

Ketua PP Taman Iskandar Muda Kritik Perubahan Nama Unsyiah Menjadi USK

Jangan sampai nama almarhum Teungku Syiah Kuala dicampakkan begitu saja melalui keputusan rektor, tanpa bertanya lebih dulu kepada rakyat.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Taufik Hidayat
hand over dokumen pribadi
Surya Darma dalam satu acara Aceh di Jakarta 

Laporan Fikar W Eda | Jakarta 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Sejak diberlakukannya singkatan USK untuk nomenklatur Universitas Syiah Kuala dari sebelumnya Unsyiah, telah melahirkan polemik baru yang tidak perlu di masyarakat.

Hal ini disayangkan Ketua Umum Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (PP TIM) Jakarta, Surya Darma dalam pernyataannya di Jakarta, Sabtu (23/12021).

“Seharusnya saat ini kita lebih banyak fokus pada upaya mengangkat citra dan peningkatan peringkat pendidikan  Aceh agar sejajar dan bahkan lebih baik dari daerah lain di Indonesia. Tapi justru memunculkan  sesuatu yang tidak perlu, penggantian istilah  Unsyiah jadi USK yang kemudian menimbulkan polemik tidak perlu dan bahkan muncul friksi di masyarakat,” kritik Surya Darma.

Dalam dialog dan diskusi-diskusi warga Aceh perantauan yang tergabung dalam PP TIM Jakarta, menurut Surya Darma, menyarankan agar fokus menyelesaikan berbagai masalah pendidikan di Aceh yang peringkatnya secara nasional masih pada urutan ke 25. Masih sangat menyedihkan.

Padahal Aceh adalah daerah istimewa budan pendidikan, agama dan adat istiadat. Dengan keistimewaan ini, Aceh bisa punya peluang lebih maju dan lebih bagus peringkatnya dibandingkan daerah lainnya.

“Karena itu, kami dari warga Aceh di perantauan tergabung dalam TIM, Taman Iskandar Muda,  menyayangkan polemik ini harus muncul kembali di tengah masyarakat Aceh. Belum lagi soal perubahan singkatan itu yang bisa mengaburkan cita-cita agung, mulia, dan historis dari pendirian universitas pertama di Aceh ini. Walaupun Unsyiah dan USK jika diterjemahkan juga punya makna yang sama, Universitas Syiah Kuala,” ujarnya.

Baca juga: Setelah 59 Tahun, Sebutan Unsyiah Berganti dengan USK

Baca juga: Riwayat Unsyiah Berakhir, Berganti dengan USK

Baca juga: Mulai Terungkap, Beberapa Kendala dan Mudarat di Balik Akronim Unsyiah

Baca juga: Resmi, Unsyiah Berubah Jadi USK, Ternyata Ini Alasannya

Surya kemudian mengutip sejarah universitas kebanggaan masyarakat Aceh itu, didirikan pada tahun 1959, dalam suasana haru biru, namun penuh harapan, setelah rakyat Aceh dan Pemerintah Pusat menyepakati mengakhiri gejolak yang bermula pada tahun 1953.

Gejolak panjang itu  diakhiri dengan suatu tekad dan harapan bahwa rakyat Aceh ingin mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan di segala bidang.

“Tekad dan harapan itu salah satunya dimanifestasikan oleh para orangtua kita dengan membangun Kopelma—kompleks pelajar dan mahasiswa-- Darussalam. Di kopelma itulah didirikan dua sumber ilmu pengetahuan yang akan memajukan rakyat Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala dan IAIN (kini, UIN) Ar-Raniri. Keduanya sejak itu dinobatkan sebagai jantung hati rakyat Aceh. Karena itu, bukanlah suatu kebetulan kalau kedua lembaga tinggi itu diberi nama mengikuti nama dua orang waliyullah, ulama besar dan kesohor Aceh sepanjang masa, Syiah Kuala dan Ar-Raniry,” katanya.

“Kedua ulama besar ini memuncaki simbol kemajuan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan Aceh. Ini juga merupakan lambang cita-cita para orang tua kita dalam memulai pembangunan Aceh. Begitu luhur dan agung cita-cita para orangtua kita itu. Makanya, cita-cita ini perlu dan harus kita hayati dan lanjutkan bersama, demi kemajuan Aceh ke depan,” lanjut Surya Darma.

Baca juga: Lowongan Kerja Bank BNI Bagi Lulusan D3 dan S1, Tersedia Banyak Posisi

Baca juga: Aceh Target Teroris? Polda Sebut 5 Terduga Teroris yang Ditangkap Ingin Beraksi di Aceh 

Baca juga: Densus 88 Juga Tangkap 3 Terduga Teroris di Banda Aceh dan Aceh Besar

Baca juga: Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Pelat Nomor Bebas Tilang di Jalan Raya, Lewat Depan Polisi Aman

Oleh sebab itu, sambungnya,  penggantian singkatan nama Unsyiah menjadi USK seiring berjalannya waktu disenarai akan mengaburkan “keterikatan batin” antara universitas ini dengan almarhum Teungku Syiah Kuala, selain akan memutuskan mata rantai sejarah lahirnya Unsyiah.

“Di samping itu, keseringan kita menyebut USK, USK, USK, akan membuat kita melupakan nama almarhum Teungku  Syiah Kuala. Padahal dengan mengambil berkah dari almarhum itu kita telah membesarkan Unsyiah selama 60 tahun ini,” ungkapnya.

Menurutnya, dalam hal ini tidak perlu mencontoh perkembangan di luar Aceh, seperti pergantian singkatan nama UIN Sunan Gunung Djati di Bandung menjadi UIN SGD.

“Hal itu mungkin tepat buat mereka di sana, tetapi belum tentu demikian buat kita di sini. Di samping itu, ada hal yang lebih menyakitkan lagi. Nama Almarhum Teungku Syiah Kuala kita campakkan begitu saja melalui keputusan rektor, tanpa bertanya lebih dahulu kepada rakyat yang telah mengilhami pendirian pusat pendidikan di Aceh ini. Padahal Almarhum Teungku Syiah Kuala tidak meminta nama beliau dilekatkan pada sesuatu lembaga. Karena itu sekali dilekatkan, haruslah dihormati, jangan disamar-samarkan, apalagi dicampakkan begitu saja. Bisa kualat kita nant,” demikian Surya Darma.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved