Banjir di Aceh Tamiang
Sering Banjir, Parit di Dusun Tengah Aceh Tamiang Ternyata Dicor
Cor semen sepanjang delapan meter di dalam parit ini membuat air tidak mengalir sehingga menyebabkan banjir.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Aparatur Kampung Kesehatan, Kecamatan Karangbaru, Aceh Tamiang membongkar sebuah titi dan parit yang menjadi pemicu banjir di salah satu dusun kampung tersebut.
Pembongkaran ini dilakukan saat aparatur kampung bersama warga bergotong royong membersihkan gorong-gorong sebagai antisipasi banjir susulan, Minggu (24/1/2021) kemarin.
Datok Penghulu Kampung Kesehatan Syariful Alam mengatakan awalnya gotong royong ini hanya dilakukan secara manual dengan menyusuri parit yang berada di tepi jalan lintas Medan – Banda Aceh itu.
“Tapi setelah 50 meter kita terlusuri dan sampah kita bersihkan, air ke arah Dusun Tengah masih belum jalan. Saat diperiksa sekali lagi, rupanya bagian tengah parit ada yang dicor,” kata Syariful, Senin (25/1/2021).
Cor sepanjang delapan meter ini membuat saluran air menyempit. Diduga penyempitan ini sudah berlangsung puluhan tahun karena saluran itu sudah dipenuhi tanan dalam kondisi kering.
“Akhirnya terjawab kenapa selama ini Dusun Tengah selalu kebanjiran. Hujan sedikit saja sudah meluap ke dusun itu,” terangnya seraya mengatakan parit tersebut dibangun tahun 1980-an.
Dusun Tengah yang dihuni 113 kepala keluarga merupakan satu-satunya daerah yang menjadi langganan banjir di Kampung Kesehatan. Kondisi ini sudah berlangsung puluhan tahun.
Syariul menjelaskan cor padu itu berada persis di depan sebuah kafe dan bagian atasnya sudah ditutup titi permanen oleh pengelola kafe tersebut. “Kami langsung minta izin sama pemilik kafe untuk membongkar titi dan parit itu,” lanjutnya.
Pembongkaran dilakukan menggunakan sebuah alat berat yang disewa Rp 1,5 juta. Dibutuhkan waktu setengah hari untuk mengangkat seluruh material cor yang ditanam di dalam parit.
“Terbukti setelah seluruhnya terangkat, air mengalir,” ujarnya.
Syariful mengatakan seluruh biaya pembongkaran bersumber dari dana pribadinya karena ada aturan dana desa tidak dibenarkan untuk kegiatan fisik. Namun dia berharap ada dispensasi untuk hal-hal yang sifatnya darurat.
“Saya berharap bisa menggunakan dana desa, karena kan kami harus memperbaiki parit dan titi yang dibongkar. Setidaknya butuh biaya Rp 10 juta lagi,” harap Syairul yang berencana akan membahas persoalan ini dengan Inspektorat.(*)
Baca juga: Buruknya Kondisi Tanggul Penyebab Utama Banjir di Aceh Tamiang, Pemerintah Aceh Diminta Bersikap
Baca juga: Petani Aceh Tamiang Dilatih Tanam Padi Organik, Ini Kelebihannya dari Anorganik
Baca juga: Polisi Datang Peserta Balapan Liar Kabur, 10 Sepmor Diamankan
Baca juga: VIDEO Fenomena Alam Angin Puting Beliung Serta Hujan dan Petir Rusak Rumah Warga di Subulussalam