Berita Aceh Besar
Wakil Ketua DPRK Aceh Besar Minta Pemerintah Peduli Anak Penyandang Disabilitas yang Jalani Terapi
Wakil Ketua DPRK Aceh Besar, Zulfikar Aziz SE, meminta kepada Pemkab Aceh Besar dan Pemerintah Aceh memberikan perhatian yang serius dan fokus...
Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Jalimin
Laporan Asnawi Luwi |Aceh Besar
SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Wakil Ketua DPRK Aceh Besar, Zulfikar Aziz SE, meminta kepada Pemkab Aceh Besar dan Pemerintah Aceh memberikan perhatian yang serius dan fokus terhadap anak disabilitas yang menjalani terapi dan edukasi di Aceh khususnya Aceh Besar.
"Program-Program untuk penyandang disabilitas harus difokuskan dalam anggaran APBA dan Pemkab Aceh Besar karena telah ada Qanun tentang hak-hak disabilitas,"ujar Zulfikar Aziz SE kepada Serambinews.com saat berkunjung ke Yayasan Sahabat Difabel Aceh (yaSDA) Program Terapi dan Edukasi Anak Disabilitas atau Rumah Cerebral Palsy di Gampong Meunasah Papuen, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Senin (25/1/2021).
Kata Politisi PKS Aceh Besar ini, aktivitas yayasan sahabat Difabel Aceh ini adalah untuk melakukan terapi terhadap anak-anak penyandang disabilitas. Program disabilitas ini agar mendapat perhatian khusus di Aceh khususnya di Aceh Besar.
Ini adalah kegiatan pertama di Aceh untuk melakukan terapi dan edukasi, sehingga perlu didukung, apalagi dengan adanya Qanun hak-hak disabilitas. Zulfikar Aziz SE yang juga Sekretaris DPD PKS Aceh Besar mengatakan, perlu ada pembinaan atau life skill terhadap anak disabilitas yang diprogramkan di Dinas Sosial Aceh Besar dan juga mereka juga harus diberikan perhatian seperti bantuan dampak virus corona (Covid-19) maupun program keluarga harapan (PKH).
"Apalagi banyak mereka yang tidak mendapatkan PKH sebagai disabilitas yang membutuhkan asupan gizi seperti susu, kebutuhan pempes dan lainnya dari bantuan PKH Kemensos RI," ujar Zulfikar Aziz SE.
Sementara itu, Ketua Yayasan Sahabat Difabel Aceh, Nuraida, mengatakan, kegiatan terapi untuk anak disabilitas dilaksanakan setiap hari Senin hingga Sabtu. Setiap anak diterapi satu jam dan seminggu tiga kali per anak.
Kata dia, anak yang rutin diterapi sebanyak 10 orang dan 50 anak yang dijangkau langsung ke lapangan.
Menurut dia, saat ini yang menjadi kendala adalah operasional dan masyarakat susah membawa anaknya untuk terapi dan kita membutuhkan mobil operasional untuk mengantar dan menjemput anak-anak yang akan menjalani terapi.
Menurut dia, selama ini untuk anak-anak disabilitas dilatih berenang mereka pinjam pakai kolam renang milik Darwati A Gani anggota DPRA , namun, karena saat ini di tengah pandemi Covid-19 sudah lama tidak dibawa anak-anak berenang," katanya.
Hal lain diutarakan, Fara Umaina, seorang ahli fisioterapi, mengatakan, untuk setiap anak minimal satu jam hingga dua jam menjalani terapi. Selama mereka menanggani terapi terhadap anak disabilitas sudah banyak kemajuan dan perkembangannya. Karena, selain terapi fisik juga dibeirkan edukasi terhadap anak disabilitas.(*)
Baca juga: Pemeriksaan Kasus Penyelundupan Rohingya yang Libatkan Warga Bireuen Belum Rampung, Ini Kendalanya
Baca juga: Prof Bachtiar Aly: Perubahan Unsyiah jadi USK Harus Dijelaskan Secara Gamblang kepada Publik
Baca juga: Lagi, 84 Vaksinator Covid -19 Lhokseumawe Dilatih, Total 124 Orang