Terlilit Utang, 8 Negara Ini Diprediksi Bisa Bangkrut Jika Terus Bergantung Pada Utangan China

Delapan negara ini, berisiko tinggi karena memiliki proporsi utang luar negeri cukup tinggi pada China dan Bank di China.

Editor: Amirullah
AFP/NICOLAS ASFOURI
Presiden China, Xi Jinping saat voting rancangan UU Keamanan Nasional Hong Kong di Kongres Nasional Rakyat China di Beijing pada 28 Mei 2020. 

SERAMBINEWS.COM - Delapan negara ini, berisiko tinggi karena memiliki proporsi utang luar negeri cukup tinggi pada China dan Bank di China.

Salah satu agenda besar China adalah menciptakan Belt and Road Initiative (BRI) atau yang dikenal dengan Sabuk dan Jalan China.

Proyek ini memungkinkan China untuk mengucurukan dana hingga 8 triliun dalam proyek infrastruktur di seluruh Eropa, Asia dan Afrika.

Namun, proyek ini menimbulkan kekhawatiran pada negara yang didanainya, menurut Center for Global Development.

Studi itu mengevaluasi tingkat hutang dari 68 negara yang menjadi tuang rumah proyek BRI China.

Ditemukan ada 23 negara yang berisiko mengalami kesulitan utang saat ini.

Bahkan di antara 23 negara tersebut ada 8 negara yang di antaranya dalam kondisi mengkhawatirkan dan bisa terancam bangkrut.

Delapan negara ini, berisiko tinggi karena memiliki proporsi utang luar negeri cukup tinggi pada China dan Bank di China.

Bahkan jika terus menerus dilakukan, mereka bisa berakhir dalam jebakan utang China, berikut 8 negara tersebut seperti dikutip dari The Print.

Baca juga: Gadis Ini Pamit Ambil Ijazah di Sekolah, Tapi Sudah Seminggu tak Pulang

Baca juga: Bangkit dari Kemiskinan, China Kini Bisa Jadi Salah Satu Negara Terkuat, Indonesia Juga Berpotensi

1. Pakistan

Pakistan, sejauh ini negara terbesar yang berisiko tinggi, saat ini memproyeksikan tambahan utang sekitar 62 miliar dollar AS, dilaporkan utang China 80 persen dari itu. P

Ditambah proyek-proyek BRI yang besar dan suku bunga yang relatif tinggi yang dikenakan oleh China menambah risiko kesulitan utang Pakistan.

2. Djibouti

Menurut IMF terbaru negara ini memiliki risiko pinjaman dari China.

Mencatat bahwa hanya dalam dua tahun, utang luar negeri publik telah meningkat dari 50 menjadi 85 persen dari PDB, yang tertinggi di antara negara berpenghasilan rendah.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved