Internasional

Penderitaan Pengungsi Suriah di Idlib Tidak Ada Habisnya, Seusai Perang, Diterjang Badai dan Banjir.

Bagi mereka yang melarikan diri dari perang untuk berlindung di benteng terakhir yang dikuasai pemberontak Suriah, penderitaan tidak ada habisnya.

Editor: M Nur Pakar
AP
Pengungsi Suriah berjalan melalui sebuah kamp pengungsi berlumpur seusai diguyur hujan deras dekat desa Kafr Aruq, di Provinsi Idlib, Suriah, Kamis (28/1/2021). 

SERAMBINEWS.COM, IDLIB - Bagi mereka yang melarikan diri dari perang untuk berlindung di benteng terakhir yang dikuasai pemberontak Suriah, penderitaan tidak ada habisnya.

Hujan badai yang melanda barat laut negara itu akhir-akhir ini menyebarkan lebih banyak penderitaan.

Setelah hujan dan banjir kurang dari dua minggu lalu menewaskan satu anak dan menghancurkan ratusan tenda.

Dilansir AP, Minggu (31/1/2021), puluhan ribu pengungsi Suriah kehilangan tempat tinggal sekali lagi.

Kondisi cuaca yang buruk menambah situasi kemanusiaan yang sudah membawa malapetaka dengan penyebaran virus Corona dan krisis ekonomi yang memburuk.

Baca juga: Ledakan Bahan Kimia di Beirut Diduga Terkait dengan Pengusaha Suriah yang Diberi Sanksi oleh AS

Kelompok bantuan internasional telah memperingatkan berkurangnya akses kemanusiaan ke bagian Suriah ini akan menghambat respons terhadap efek badai.

“Kenyataannya adalah bahwa orang-orang di daerah ini menghadapi situasi bencana,” kata Mark Cutts, Wakil Koordinator kemanusiaan regional PBB untuk Suriah.

"Orang-orang di kamp-kamp ini putus asa, dan para kemanusiaan kewalahan oleh krisis yang diperingatkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa akan datang," harapnya.

Cutts mengatakan sedikitnya 121.000 orang di 304 lokasi di wilayah itu terkena dampak parah ketika hujan lebat dan angin kencang merusak atau menghancurkan sedikitnya 21.700 tenda.

Baca juga: Jet Tempur Israel Bombardir Milisi Iran Suriah, Puluhan Orang Tewas

Dia mengatakan satu anak tewas dan tiga orang lainnya terluka.

Provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak dan bagian barat Aleppo tahun lalu menyaksikan serangan pemerintah dukungan Rusia yang menghancurkan ratusan ribu orang dan merusak puluhan klinik dan rumah sakit.

Lebih dari 3 juta orang, banyak dari mereka sudah terlantar akibat konflik Suriah selama hampir 10 tahun, tinggal di wilayah tersebut.

Hujan deras menyebabkan banjir di beberapa permukiman tenda, menghanyutkan banyak barang, termasuk makanan.

Baca juga: Militan ISIS Serang Bus, Menewaskan 15 Warga Suriah

Saat bersamaan, mata uang lokal sempat mencapai rekor terendah 3.600 pound Suriah terhadap dolar di pasar gelap minggu ini.

Wilayah itu juga telah mencatat lebih dari 20.000 kasus virus Corona dan 382 kematian di tengah kekurangan peralatan medis.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved