Berita Aceh Besar

Semua Pengungsi Dampak Tanah Bergerak di Lamkleng Aceh Besar Kembali ke Rumah

Menurut Fajri, ketika hujan deras tidak turun, maka tanah di blok longsor tersebut tidak lagi labil dan juga tidak jenuh terhadap air.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/YARMEN DINAMIKA
Permukaan tanah di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, terus menurun. Namun, karena sudah dua minggu lebih tak turun hujan, penurunan tanah sangat minim. Warga yang selama ini mengungsi di bawah tenda, sudah diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing sejak 30 Januari 2021 malam. 

Di titik ini juga beberapa kuburan ikut amblas dan bingkai betonnya patah. Namun, belum ada satu pun kerangka manusia yang menyembul ke luar.

Sementara itu, jalan aspal di tengah perkampungan tersebut yang lebarnya 3 meter, sedikit demi sedikit amblas, sehingga kini hanya tersisa 1,5 meter.

Sisa jalan selebar ini tak mungkin lagi dilintasi mobil dan becak, kecuali sepeda motor. Lokasi ruas jalan yang amblas ini bersisian dengan areal pemakaman umum yang kondisinya kini porak-poranda.

Ke arah sungai (di bagian selatan Gampong Lamkleng) kondisi tanah longsor terlihat semakin parah. Terjadi rekahan dan retakan baru yang sekilas seperti baru saja dibuldozer.

Padahal, kulit bumi yang terjungkat ke atas itu merupakan bagian dari fenomena geologis tanah bergerak. Beberapa pohon juga tambah semakin condong ke arah sungai.

Sedangkan rumpun bambu rata-rata sudah terjungkal karena karena tanahnya amblas.

Panjang retakan di desa itu, dari arah timur ke barat, mencapai 300 meter, sedangkan lebarnya sekitar 150 meter sampai ke bawah tebing ke arah sungai (Krueng Aceh).

Secara umum, kondisi desa itu kini masih mencemaskan, karena muka tanah terus turun, meski tidak sedrastis ketika hujan turun dengan intensitas tinggi.

Sementara itu, meski tenda besar di tengah Gampong Lamkleng itu tidak lagi ditempati pada malam hari, tetapi pada sore hari ibu-ibu dan anak-anak banyak yang berkumpul di bawah tenda milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar itu.

Mereka duduk bercengkarama di bawah tenda dan terkadang menunggu pembagian logistik dari dinsos setempat, pihak kecamatan, atau donatur lainnya.

Kemarin sore, tenda pengungsi itu tampak penuh. Sekitar 40 anak usia PAUD, TK,  dan SD bergabung dengan 20-an ibu-ibu desa itu di bawah tenda.

Anak-anak dengan penuh ceria ikut lomba mewarnai yang diselenggarakan oleh Tim Perpusip Aceh. Mereka juga mendengarkan cerita dan menyangi bersama yang dipandu petugas dari dari Dinas Perpusip Aceh. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved