Kajian Islam
Sakit Hati sampai Membenci, Mulut Sudah Memaafkan namun Hati Masih Sakit, ini Penjelasan Buya Yahya
Yang terpenting, diri sendiri tidak menjadi alasan orang lain sakit hati, terlepas dari orang lain menyakiti, maka itu menjadi tanggung jawabnya.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Sakit hati sampai membenci, sudah memaafkan namun hati masih sakit, ini penjelasan Buya Yahya.
Merasakan sakit hati karena sesuatu ucapan, perilaku orang lain dan sebagainya, memang tidak menyenangkan.
Merasa tersakiti bahkan sampai muncul perasaan benci di hati, karena tindakan orang lain.
Sebenarnya, sakit hati maupun tidak atas tindakan orang lain, kembali ke diri sendiri, menganggap perilaku tersebut sebagai penyebab sakit atau menerima dan tidak mengambil pusing tindakan orang lain.
Karena, yang terpenting, diri sendiri tidak menjadi alasan orang lain sakit hati, terlepas dari orang lain menyakiti, maka itu menjadi tanggung jawabnya dengan kehidupan.
Baca juga: Wanita Rajin Ibadah tapi Suka Upload Foto di Medsos, Begini Penjelasan Buya Yahya
Buya Yahya diberikan pertanyaan oleh jamaah mengenai kebencian, yakni ketika mulut sudah mengatakan sudah memaafkan, namun dalam hati, masih ada perasaan murka.
"Masih Merasa Benci Walau Sudah Memaafkan Buya Yahya Menjawab.
"Sudah berusaha melupakan dan memaafkan kesalahan orang lain terhadap kita, akan tetapi jika teringat akan kesalahan tersebut kadang masih saja benci. Apakah itu sudah termasuk ikhlas? Dan bagaimana caranya agar ikhlas memaafkan?," demikian tertulis pada postingan.
Berikut ini penjelasan Buya Yahya
Namanya kebencian, tidak serta merta hilang, akan tetapi kita diberikan kesempatan oleh Allah SWT saat diberikan benci ini, untuk memerangi kebencian.
Benci dalam hati memang tidak mudah untuk dihilangkan, yang penting Anda menganggap kebencian adalah sebuah kesalahan.
Kalau belum hilang, nanti Allah yang menghilangkan.
Yang kedua kebencian di dalam hati tidak boleh keluar dari pekerjaan dzahir Anda.
Artinya jangan sampai menjadikan mimik wajah Anda berubah atau perilaku Anda berubah, justru Anda harus melawan dengan apa yang ada dihati Anda.
Maka itu Anda akan mendapatkan pahala jihad, hati Anda benci, tapi Anda memberikan hadiah kepada anak-anaknya tetap senyum, padahal di dalam hati Anda ada kebencian.
Baca juga: Hukum Memilih Pendapat Mazhab Ulama dan Membandingkan dengan Sunnah, Simak Penjelasan Buya Yahya