Internasional
Turki Buru Kaum Uighur, Deportasi ke China Dengan Imbalan Vaksin Covid-19
Abdullah Metseydi, seorang warga Uighur di Turki, sedang bersiap tidur ketika mendengar keributan, lalu ada gedoran di pintu.
SERAMBINEWS.COM, BEIJING - Abdullah Metseydi, seorang warga Uighur di Turki, sedang bersiap tidur ketika mendengar keributan, lalu ada gedoran di pintu.
"Polisi! Buka pintunya!"
Selusin atau lebih perwira masuk, banyak yang membawa senjata dan mengenakan kamuflase pasukan anti-teror Turki.
Mereka bertanya apakah Metseydi berpartisipasi dalam gerakan melawan China dan mengancam akan mendeportasi dia dan istrinya.
Dilansir AP, Jumat (5/2/2021), mereka membawanya ke fasilitas deportasi, di mana dia sekarang duduk di tengah kontroversi politik yang memanas.
Legislator oposisi di Turki menuduh para pemimpin Ankara secara diam-diam menjual Uighur ke China dengan imbalan vaksin Covid-19.
Puluhan juta botol vaksin China yang dijanjikan belum terkirim.
dalam beberapa bulan terakhir ini, polisi Turki telah menggerebek dan menahan sekitar 50 orang Uighur di pusat deportasi, kata pengacara.
Meskipun belum ada bukti kuat yang muncul untuk quid pro quo, para legislator dan Uighur ini khawatir, Beijing menggunakan vaksin sebagai pengaruh ekstradisi.
Perjanjian itu ditandatangani bertahun-tahun yang lalu, tetapi tiba-tiba diratifikasi oleh China pada Desember 2020.
Orang Uighur mengatakan RUU itu, setelah menjadi undang-undang, dapat membawa mimpi buruk yang mengancam jiwa mereka:
Deportasi kembali ke negara tempat mereka melarikan diri untuk menghindari penahanan massal.
Lebih dari satu juta orang Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya telah diseret ke penjara dan kamp penahanan di China.
China menyebut sebagai tindakan anti-terorisme, tetapi Amerika Serikat telah menyatakan genosida.
• China Targetkan Kaum Muda Muslim Uighur, Tidak Kurang 2.000 Orang Ditahan
"Saya takut dideportasi," kata Melike, istri Metseydi, sambil menangis.