Internasional

Ribuan Warga Myanmar Berkumpul di Tokyo, Menentang Kudeta Militer di Negaranya

Aksi penolakan kudeta militer di Myanmar terus berlanjut di dalam negeri, selain berbagai negara di dunia.

Editor: M Nur Pakar
AP
Seorang pendukung kelompok penentang kudeta militer dengan slogan "WeLoveMyanmar" memakai stiker dengan gambar pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi di depan Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Tokyo, Jepang, Kamis (11/2/2021). 

SERAMBINEWS.COM, TOKYO - Aksi penolakan kudeta militer di Myanmar terus berlanjut di dalam negeri, selain berbagai negara di dunia.

Kecaman juga dilontarkan oleh sejumlah pemimpin dunia terhadap kudeta militer menggulingkan pemerintahan sipil yang dipilih secara demokratis.

Dilansir AP, Kamis (11/2/2021) bukan hanya warga dalam negeri, tetapi juga di Jepang yang menolak kudeta militer.

Dengan menyanyikan lagu nasional, warga Myanmar berkumpul di ibu kota Jepang, Tokyo pada Kamis (11/2021) untuk memprotes kudeta militer di negara asal mereka.

Polisi Myanmar Bubarkan Demonstran dengan Kekerasan, Satu Kritis, Empat Terluka

Banyak dari mereka berdemo di depan Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa di pusat kota Tokyo.

Sebagian mengenakan pakaian merah untuk mendukung Aung San Suu Kyi, yang pemerintahan terpilihnya digulingkan dalam pengambilalihan 1 Februari 2021.

Beberapa mencengkeram foto Suu Kyi, sementara yang lain mengangkat ponsel di mana pesan seperti "Justice" dan "Save Myanmar" tersebar di layar.

“Saya di sini karena ingin menyampaikan apa yang ada di hati saya,” kata Lei Yee Oo, yang telah tinggal di Tokyo selama dua tahun.

Dia belajar hukum sambil bekerja di supermarket dan restoran.

“Saya masih muda, dan saya ingin memiliki masa depan,” kata pemuda berusia 22 tahun itu dengan hampir menangis.

Kudeta membalikkan keuntungan signifikan yang telah diperoleh Myanmar di jalan menuju demokrasi setelah lima dekade pemerintahan militer.

VIDEO - Ribuan Pengunjuk Rasa Turun ke Jalan Menentang Kudeta Militer Myanmar

Reformasi yang menyebabkan partai Suu Kyi memenangkan pemilihan pada tahun 2015 membuat komunitas internasional mencabut sanksi terhadap negara tersebut.

Tetapi, sekarang ada ancaman untuk memberlakukan kembali.

Sekitar 33.000 orang dari Myanmar tinggal di Jepang, banyak dari mereka adalah pekerja, menurut data pemerintah Jepang.

Ada juga hubungan dengan ekonomi, dengan 436 perusahaan Jepang yang berbisnis di Myanmar.

Sebagian besar dalam jasa konstruksi dan distribusi, yang menjadi anggota Kamar Dagang dan Industri Jepang di Myanmar.

Di Tokyo, Phyo Wai Kyaw mengatakan dia ingin melakukan semua yang dia bisa sampai Suu Kyi kembali menjadi pemimpin negaranya.

“Saya ingin berjuang tanpa menyerah,” kata pria berusia 28 tahun, yang telah tinggal di Jepang selama empat tahun, mempelajari bisnis.

Dia mengaku khawatir dengan orang tua dan saudara kandungnya di Myanmar.

Dia mengatakan suatu hari dia ingin kembali ke apa yang dia harapkan akan menjadi Myanmar yang lebih demokratis.

Penyelenggara mengatakan mereka merencanakan lebih banyak protes, termasuk pawai melalui pusat kota Tokyo pada hari Minggu (14/2/2021).

Pesan mereka sebagian besar bersifat emosional dan tidak berpusat pada tuntutan tindakan pemerintah Jepang.

Sempat Diblokir, Akses Internet di Myanmar Kembali Pulih

Myo Gyi, mengenakan rompi "We Love Myanmar" dengan simbol hati, memimpin kerumunan dalam nyanyian saat seorang pria lain memegang speaker musik yang menggelegar.

Myo Gyi mengakui bahwa dia merasa tidak enak dengan begitu banyak orang berkumpul selama pandemi virus corona, yang berarti risiko kesehatan.

"Tapi tidak ada masa depan bagi anak-anak kami di bawah kekuasaan militer," katanya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved