Opini
Suku Mante, Pertanyaan yang Kerap Membebani Guru
MENJADI guru terkadang kita dituntut menjadi seorang yang mahatahu, harus cakap menjawab semua pertanyaan siswa tanpa cacat

Kehadiran zaman batu muda (neolitikum) menggantikan zaman batu pertengahan di Asia Tenggara diperkirakan terjadi sekitar 2.500 tahun SM, ditandai dengan kehadiran orang Melayu Tua atau Proto-Melayu. Kedatangan mereka mengharuskan orang Veddoid (Manteue) di Aceh menyingkir ke pedalaman. Sebab, orang-orang Melayu Tua ini telah mengenal rumah, beternak, bercocok tanam, dan kemampuan membuat periuk tanah. Kemampuan mereka lebih maju dibandingkan orang Manteue. Orang Melayu Tua berkulit sawo matang seperti orang mongol.
Berkisar 300 tahun SM, Aceh khususnya didatangi oleh orang-orang Deutero-Melayu atau dikenal dengan Melayu Muda. Orang Melayu Muda ini peradabannya lebih maju dari Melayu Tua. Mereka bisa membuat perkakas dari tembaga maupun besi. Orang-orang Melayu ini dipastikan datang dari Campa (sekarang Vietnam), Kocin Cina, dan Kamboja. Dapat disimpulkan bahwa asal-usul orang-orang Melayu adalah dari Indo-Cina.
Melayu Tua yang kalah saing dengan Melayu Muda menyingkir ke pedalaman Aceh, sekarang dikenal dengan orang Gayo dan Alas. Di luar Aceh dikenal dengan orang Batak, Nias, dan Toraja.
Pada golongan Melayu Tua banyak dijumpai keaslian kebudayaan hingga sekarang ini. Sedangkan golongan Melayu Muda menempati wilayah-wilayah pesisir Aceh dan aktif berkontak dengan wilayah luar melalui jalur maritim. Tentu, saya adalah orang yang tidak mengimani teori evolusi besutan Charles Darwin tersebut. Kepada siswa saya jelaskan juga demikian. “Sekadar jadi pengetahuan saja, jangan dipercaya dan diimani,” jelas saya.
Perihal suku Mante? Sebagai seorang guru sejarah berketurunan Aceh, saya belum bisa berkiblat untuk percaya atau tidak perihal keberadaan suku yang satu ini.