Kupi Beungoh
BPS Perlu Lebih Arif Tampilkan Angka Kemiskinan Aceh, Stop Framing Aceh Sebagai Daerah Termiskin
Setiap kali berita resmi statistik dirilis, terkesan dimanfaatkan pihak lain untuk mendiskreditkan Pemerintah Aceh.
Acara kenduri yang melibatkan orang sekampung dengan suguhan makanan dan minuman itu bukan hanya terlihat pada acara pesta kawin, melainkan juga setiap kenduri lainnya di Aceh.
Misalnya kenduri khitanan, kenduri turun tanah, atau kenduri untuk anggota keluarga yang meninggal dunia.
Bila ada anggota keluarga yang meninggal dunia, kenduri makanan dan minum bisa berlangsung tujuh hingga 10 hari, siang dan malam hari.
Bahkan kenduri maulid untuk memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, bisa berlangsung selama tiga bulan penuh di Aceh.
Umumnya kenduri maulid di Aceh sangat meriah dan mewah.
Kenduri-kenduri itu sangat menggambarkan daya beli makanan, dan lebih jelas lagi pada kepemilikan hewan ternak dan kepemilikan kendaraan.
Keluarga yang “divonis” miskin di Aceh rata-rata memiliki hewan ternak berupa ayam, itik, kambing, lembu, atau kerbau.
Baca juga: Rokok Ikut Tambah Warga Aceh Miskin
Bagi orang Aceh di pedesaan, ternak-ternaknya itu merupakan “tabungan” sumber protein hewani bagi keluarganya.
Selain itu, juga sebagai aset yang sewaktu waktu dijual untuk kebutuhan nonmakanan, seperti biasa masuk universitas anaknya.
Kemudian, lihatlah kendaraan yang dimiliki masyarakat Aceh.
Bila di banyak daerah di Indonesia masih sangat mudah menemukan penduduk sedang mengayuh sepeda pancal untuk ke pasar atau ke tempatnya bekerja, di Aceh justru terlihat langka, kecuali dalam situasi demam gowes akhir-akhir ini.
Selanjutnya, hampir setiap rumah orang “miskin” di Aceh tampak sepeda motor terparkir di luar rumahnya.
Bahkan, antena parabola acap terlihat menyembul dari atap rumahnya.
Antena parabola atau antene UHF tersebut terhubung dengan unit telivisi full coulor di dalam rumahnya.
Baca juga: Rakyat Aceh Miskin Karena Merokok, Ah Yang Benar?
Lantas, bagaimana menjelaskan fenomena “orang termiskin” di Sumatera itu memiliki budaya mahar dengan emas murni 99,99 karat.