Kisah Nyata

Kisah Hamzah Bertemu Adik-adiknya karena Google Maps, Sempat Mengira Hilang Saat Tsunami

Mereka hanya bisa saling menangis dan menempelkan tangan di layar HP, karena pertemuan berlangsung melalui fasilitas video call WhatsApp.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/ZAINAL ARIFIN
Hamzah (61) (kanan) dan adiknya Zulfikar (kiri) ditemui Serambinews.com, di Lhokseudu, Aceh Besar, Kamis (18/2/2021) pagi. 

Pingin rasanya segera pulang, tapi Hamzah tak punya cukup uang.

Kondisi Aceh yang menurut berita telah hancur lebur, membuat dia gamang.

“Jangan-jangan enggak ada saudara yang selamat. Lalu ke mana saya akan pergi,” demikian Hamzah bergumam.

Ada yang kasih saran agar dia pulang bersama rombongan relawan yang diberangkatkan dari Bukittinggi.

Sayang, saran itu datang setelah rombongan relawan berangkat.

Hamzah pun kembali ke kampung (istrinya) di Sungai Jariang dengan penuh kegalauan.

Hingga 17 tahun kemudian, keajaiban itu datang.

Kabar “sang adik dari Aceh titip salam dan pesan” yang disampaikan pemilik warung langganannya, bagaikan petir di siang bolong.

Hamzah bagai tersadar dari mimpi panjang.

"Saat pertama video call dengan Safaruddin dan Zulfikar, sesak rasanya dada ini. Makanya saya bilang ke isteri, apapun cerita saya harus segera pulang ke Aceh. Tak tahan lagi memendam rindu bertemu adik-adik,” kata Hamzah, sembari melihat sendu ke arah Zulfikar, adik kecilnya yang kini telah dewasa.

“Dia ini paling bungsu, makanya dalam keluarga dipanggil Dek Cil,” ujar Hamzah menunjuk ke arah pria kekar yang biasa kami sapa Bang Cip.

VIDEO Harian Serambi Indonesia Mengadakan Syukuran Ulang Tahun yang ke-32

Menjawab Serambinews.com, Hamzah mengatakan saat ini dia belum punya rencana kapan akan kembali ke Sumatera Barat.

“Sementara ini belum punya rencana, saya hanya ingin melepas rindu dengan keluarga. Mungkin sampai lebaran ini. Mau merasakan suasana Ramadhan dan Idul Fitri di Aceh, untuk yang pertama setelah 32 tahun," ungkap Hamzah.

Sudah 40 tahun menikah dengan Erni, Hamzah belum dikaruniai putra maupun putri.

Malam itu, di atas keramba di Teluk Lhokseudu, Hamzah terlihat benar-benar menikmati semilir angin yang membelai lembut wajahnya.

Terkadang dia melihat lekat-lekat wajah Zulfikar, adik kecilnya yang kini telah dewasa.

Hamzah tampak sangat meresapi setiap detik kesempatan yang tak pernah lagi dia nikmati sejak 32 tahun ini.

Seakan, dia tak lagi ingin pergi meninggalkan adik-adiknya.(Serambinews.com/Zainal Arifin)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved