Viral Medsos
Berkah Kilang Minyak, Wagra Sekampung Kaya Raya, Bisa Beli 3 Mobil dan Naikkan Haji 9 Orang
Uang yang diterima dari perusahaan plat merah itu pun dia gunakan untuk membeli dua unit mobil, yakni Innova dan HRV serta satu unit pickup untuk kepe
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Safriadi Syahbuddin
"Jika normal sebelum pandemi target bisa 75 unit lebih per bulannya," pungkasnya.
Proyek NGRR dulu sempat ditolak warga
Proyek pembangunan kilang minyak di Tuban yang melibatkan Pertamina dan Rosneft telah membuat ratusan warga di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu mendadak jadi new miliarder.
Status new miliarder ini diperoleh setelah mendapat hasil jual tanah pada Pertamina, untuk kebutuhan pembangunan kilang new grass root refinery (NGRR) yang disebut bakal jadi kilang berteknologi tercanggih di dunia.
Baca juga: Pertamina Bangun Kilang Minyak di Tuban, Tercanggih di Dunia, Warga Kaya Mendadak Borong Mobil
Kisah new miliarder dari Tuban ini tekuak usai video yang menampilkan belasan mobil diantar menggunakan truk towing di jalan desa setempat, yang diunggah oleh akun TikTok @rizkii.02 pada Minggu 14 Februari 2021.
Kepala Desa (Kades) Sumurgeneng, Gihanto mengungkapkan, warga desanya memborong mobil usai mendapat ganti rugi pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan kilang NGRR.
Bagaimana tidak, dari hasil penjualan tanahnya, seperti dibeberkan oleh Gihanto, Warga Sumurgeneng rata-rata mendapat uang Rp 8 miliar.
Bahkan ada yang kepemilikan lahannya seluas 4 hektar menerima hingga Rp 26 miliar.
Tapi siapa sangka, proyek usaha patungan Pertamina-Rosneft yang kini membuat warga Desa Sumurgeneng mendadak kaya rupanya sempat mendapat pertentangan.
Dikutip dari Kompas.com, penolakan itu pernah dilakukan oleh warga pada tahun 2019.
Pada saat itu, warga menolak karena merasa belum cocok dengan harga yang ditawarkan untuk pembebasan lahan.
Tapi, Pertamina akhirnya menenmpuh upaya konsinyasi melalui Pengadilan Negeri (PN) Tuban untuk mendapat lahan yang tersisa pada November 2020 lalu.
"Jadi kami melakukan upaya konsinyasi di PN Tuban kemarin," kata Koordinator Konsultan Pengadaan Tanah PT Pertamina M Triyono, seperti dikutip dari Surya.co.id.
Sementara itu, Wantono (40) yang merupakan warga setempat kepada Surya.co.id, Kamis (18/2/2021) mengungkapkan, bahwa dirinya dulu sempat menjadi salah satu yang menolak untuk melepas tanah.
Namun setelah adanya konsinyasi, pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu pun mengaku tak bisa menolak.
"Ya dulu menolak tegas, tapi kalau sudah konsinyasi sudah babak terakhir, kami tidak bisa menolak," kata Wantono (40) seperti dikutip dari Surya.co.id, Kamis (18/2/2021).
Disebutkan, Wantono tak punya pilihan untuk tidak mengambil uang pengganti lahan dari Pertamina.
Sebagai uang ganti untuk lahannya seluas 4 hektare, Wantono menerima sebesar Rp 24 miliar lebih.
Uang itu pun segera diambil, sebagian digunakan untuk membeli 1 unit mobil Mitsubishi Xpander, untuk beli tanah dan ditabung.
Sementara ia masih menyisakan 3 hektare lahannya yang tidak masuk dalam penetapan lokasi (penlok) pembangunan kilang minyak.
"Saya hanya beli 1 Xpander, belum mau nambah. Kalau sisa lahan masih kami gunakan untuk bertani, ada yang disewakan juga," terangnya.
Hal sama juga disampaikan Ali Sutrisno (37), selaku warga yang menolak menjual tanahnya untuk kilang minyak.
Ia menjual tanah kurang lebih 2,2 hektare dan mendapat uang sekitar Rp 17 miliar.
Lantas uang dari hasil penjualan tanah itu digunakan untuk beli tiga mobil baru, ditabung dan ada yang digunakan untuk membeli tanah kembali.
"Saya ambil uang di pengadilan karena konsinyasi, ya dulu menolak. Mau tidak mau ya uang kami ambil," pungkasnya.
Melansir Surya.co.id, untuk sekadar diketahui, lahan warga dihargai appraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.
Proyek pembangunan kilang minyak NGRR membutuhkan lahan seluas 821 hektare, dengan rincian lahan warga 384 hektare, KLHK 328 hektare dan Perhutani 109 hektare. (Serambinews.com/Yeni Hardika)