Opini

Akar Kemiskinan Aceh Menurut Indatu

Aceh kembali memperoleh predikat sebagai provinsi termiskin di Pulau Sumatera

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Akar Kemiskinan Aceh Menurut Indatu
IST
Dr. Jarjani Usman, M.Sc., M.S., Penulis adalah Dosen UIN Ar-Raniry

Kerbau bukan hanya bisa dimanfaatkan dagingnya, tetapi juga untuk bekerja membajak sawah. Sehingga akan dianggap rugi besar bila menjual kerbau untuk membeli kera. Perilaku merugikan ini dapat difahami dari adanya sejumlah bangunan dengan anggaran miliaranrupiah  terabaikan. Setelah dibangun, tidak digunakan seperti yang terdapat di sejumlah kabupaten. Perilaku membuang-buang anggaran untuk hal-hal yang tak bermanfaat ini adalah bentuk perilaku menuju kemiskinan. Orang-orang yang berjiwa kaya akan memanfaatkan segala modal yang ada, dan bahkan yang belum ada (dengan cara meminjam), untuk memperoleh keuntungan.

Pesan kelima: "Rhet lam kubang söt" (jangan jatuh ke dalam kubangan yang sama). Banyak masyarakat Aceh yang lebih memilih pemimpin bukan karena kemampuan dan pengalamannya, tetapi karena hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan kemampuan dan pengalaman yang menguntungkan bagi rakyat banyak. Meskipun demikian, seolah-olah kita tidak pernah jera melakukan hal yang sama.

Padahal indatu kita sudah mengingatkan, "Jak beutrôh kalon beudeuh, bèek rugo meuh sakét até" (datang dan lihatlah dengan seksama agar tidak rugi emas dan sakit hati). Meskipun kesannya pesan ini banyak digunakan dalam menemukan calon istri, pesan ini juga difahami

dalam berbagai hal lain. Namun peringatan itu bagaikan tak digubris lagi selama ini, karena dalam pemilihan orang-orang penting di pemerintahan lebih bersifat politis sempit.

Pesan keenam: "Buya krueng teudong-döng, buya tamöng meuraseuki" (buaya sungai hanya menjadi penonton, buaya yang baru masuk memperoleh keuntungan). Maksudnya, para indatu mengajak kita agar tidak seperti itu, jangan sampai kita menjadi penonton di negeri

sendiri. Banyak sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya yang bisa diolah dan manfaatkan untuk kemakmuran. Apa yang tidak dimiliki Aceh, tetapi malah dikasih kepada orang luar.

Padahal indatu juga sudah mengingatkan: "Lagèe manok maté lam krông padé" (seperti ayam yang mati di lumbung padi). Betapa menyedihkan ayam yang mati kelaparan di lumbung padi, tempat berlimpahnya makanan. Tentunya indatu bermaksud agar kita tidak miskin di tengah melimpahnya hasil alam.

Itulah beberapa perilaku yang kiranya sudah mendarah daging dalam masyarakat Aceh kini, sehingga berkontribusi besar terhadap terciptanya kemiskinan. Bila perilaku-perilaku seperti ini terus dipelihara, Aceh akan terus "juara" kemiskinan di Indonesia.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Adu Sakti

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved