Breaking News

Internasional

Tahanan Mesir Mendekam di Penjara Sampai Tak Ada Batasnya, Tuduhan Terus Bertambah-tambah

Para tahanan di penjara Mesir harus menghadapi nasib tragis, tuduhan tak berdasar terus bertambah. Sudah dihadapkan beberapa tahun di penjara

Editor: M Nur Pakar
AFP
Polisi membuka gerbang penjara wanita Al-Qanatir di Provinsi Qalyoubiya, sekitar 30 kilometer utara ibu kota Mesir, Kairo. 

SERAMBINEWS.COM, KAIRO - Para tahanan di penjara Mesir harus menghadapi nasib tragis, tuduhan tak berdasar terus bertambah.

Sudah dihadapkan beberapa tahun di penjara yang penuh sesak dan seringkali dengan kekerasan, para tahanan terus menderita.

Bankan, tahanan politik sering dituduh melakukan kejahatan yang mereka lakukan saat berada di balik jeruji besi.

Dalam praktik yang dijuluki oleh komunitas hukum dan aktivis negara sebagai "daur ulang" atau "rotasi", narapidana dapat berakhir di tahanan tanpa batas.

Bahkan setelah pengadilan memerintahkan pembebasan mereka.

Solafa Magdy (33) seorang jurnalis dan suaminya Hossam el-Sayed, seorang jurnalis foto, ditangkap pada November 2019 dari sebuah kafe di pinggiran kota Kairo kelas atas bersama seorang teman.

Ketiganya dituduh bergabung dengan kelompok teror dan menerbitkan berita palsu.

Pada Agustus 2020, Magdy ditambah dengan tuduhan baru menyalahgunakan media sosial saat ditahan, meskipun dia tidak memiliki akses ke telepon.

Baca juga: Wartawan Aljazeera di Mesir Dibebaskan Setelah Empat Tahun Ditahan

"Putri saya didakwa dalam dua kasus, yang merupakan parodi dalam dirinya sendiri dan ini tidak normal," Taghred Zahran, ibu Solafa dan pengasuh putra pasangan itu, Khaled, kepada AFP, Kamis (25/2/2021).

"Saya ingin mimpi buruk ini berakhir," harapnya.

"Kami ingin bangun dan menjalani hidup kami," tambahnya

"Apa yang kami alami tidak nyata," ujarnya sambil menahan air mata.

Amnesty International mengatakan Magdy dipaksa menjalani pemeriksaan panggul yang menyebabkan pendarahan hebat dan dia digeledah serta dipukuli dengan kejam oleh penjaga penjara.

"Hati saya hancur untuknya sepanjang waktu," kata Zahran.

Dia mengeluhkan sistem penahanan pra-persidangan terbuka yang membuat orang di balik jeruji besi selama bertahun-tahun.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved