Kebohongan Siswi Berusia 13 Tahun Berujung pada Pemenggalan Guru Samuel Paty di Perancis

Siswi tersebut bahkan tidak mengira, kebohongannya akan berujung pada hal yang mengerikan.

Editor: Amirullah
AP/Michel Euler via KOMPAS.COM
Sebuah poster bertuliskan Saya Samuel dan bunga-bunga tergeletak di luar sekolah tempat guru sejarah yang terbunuh, Samuel Paty, bekerja, Sabtu, 17 Oktober 2020 di Conflans-Sainte-Honorine, barat laut Paris 

SERAMBINEWS.COM - Kebohongan seorang siswi berusia 13 tahun berujung pada pemenggalan seorang guru bernama Samuel Paty.

Kasus ini berawal dari siswi asal perancil Perancis tersebut hendak diskors dari sekolahnya lantaran berulang kali membolos sekolah.

Dilansir Kompas.com, karena tak ingin keluarganya tahu jika ia diskors, siswi itu pun mengarang sebuah cerita untuk disampaikan kepada ayahnya, Brahim Chnina.

Siswa itu menceritakan, guru sejarahnya bernama Samuel Paty menginstrusikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas, supaya sang guru dapat menunjukkan "gambar Nabi yang telanjang".

Siswi tersebut bahkan tidak mengira, kebohongannya akan berujung pada hal yang mengerikan.

Baca juga: VIDEO Polisi Israel Menahan Lima Anak Palestina Pencari Barang Bekas

Baca juga: Besok Jumat Terakhir di Bulan Rajab, Ini Daftar Khatib Jumat di Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Bireuen

10 hari usai hal itu, Samuel Paty pun dibunuh ketika berjalan pulang ke rumahnya di COnflans-Saint-Honorine, sekitar 30 kilometer dari Paris, pada 16 Oktober 2020.

Ia dipenggal oleh Abdullakh Anzorov, seorang teroris yang termakan kabar di media sosial.

Kabar itu menyatakan bahwa Samuel Paty menunjukkan kartun Nabi di depan kelas.

Melansir The Guardian, Abdullakh Anzorov menyogok dua murid untuk menunjukkan ciri-ciri Samuel Paty.

Lantas, keluarga Samuel Paty pun hancur, Perancis mengalami trauma, dan siswi tersebut beserta ayahnya menghadapi tuntutan pidana.

Baca juga: Kakek Tertimpa Kayu Saat Selamatkan Istri Ketika Rumah Terbakar Keluar RS, Warga Gotroy Bangun Rumah

Menyenangkan Ayahnya

Le Parisien mengungkapkan, siswi yang disebut Z itu mengaku menuduh Samuel Paty, Minggu (7/3/2021).

Surat kabar itu melaporkan, Z mengaku kepada hakim anti-teroris bahwa dia telah berbohong seperti dilansir The Guardian.

Z mengaku, ia bahkan tak berada di kelas saat Samuel Paty dituduh menunjukkan kartun Nabi kepada para muridnya dari media satire Charlie Hebdo.

Le Parisien menyatakan, Z berbohong karena ia ingin menyenangkan Chnina.

"Dia tidak berani untuk mengakui kepada ayahnya alasan sebenarnya bahwa dia dikeluarkan sesaat sebelum tragedi itu, yang sebenarnya terkait dengan perilakunya yang buruk," lapor Le Parisien.

Kemudian, Samuel Paty mengajak para murid berdiskusi dan mengajukan pertanyaan "menjadi atau tidak menjadi Charlie?", pada 6 Oktober 2020.

Baca juga: Bukan Cuma untuk yang Belum Dapat Kerja, Karyawan Juga Bisa Daftar Kartu Prakerja, Ini Syaratnya

Tema tersebut diangkat mengacu pada tagar #JeSuisCharlie yang digunakan untuk menyatakan dukungan untuk Charlie Hebdo, usai serangan teroris di kantornya pada Januari 2015.

Diketahui, serangan tersebut menewaskan 12 orang.

Dua hari kemudian, gadis tersebut memberi tahu kepada Chnina, Samuel Paty telah meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas, sebelum menunjukkan karikatur itu.

Dia berkata, ia telah menyatakan ketidaksetujuannya dengan guru dan ia telah menskornya dari kelas selama dua hari.

Usai mendengar hal itu, Chnina pria berusia 48 tahun itu, berbagi video di Facebook.

Pria kelahiran Maroko ini, mencela Samuel Paty dan meminta agar ia dipecat dari sekolah.

Ia juga mengunggah video kedua dengan menuduh Samuel Paty telah melakukan diskriminasi.

Kemudian, Chnina mengadu ke sekolah dan polisi.

Baca juga: Begini Pembunuhan Ibu dan Anak di Aceh Timur, Termasuk Rudapaksa Anak, Diperagakan Kedua Tersangka

Ia bahkan mengklaim, Samuel Paty bersalah, karena telah "menyebarkan gambar porno" dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah.

Media sosial pun mulai gaduh. Hingga Abdullah Anzorov, seorang migran dari Chechnya yang tinggal di Normadia, termakan amarah oleh video Chnina.

Abdullakh Anzorov, pada 16 Oktober 2020, melakukan perjalanan ke Conflans-Sainte-Honorine.

Ia kemudian menyogok dua murid untuk menunjukkan ciri-ciri Samuel Paty.

Saat Samuel Paty dalam perjalanan pulang, ia dibunuh dan dipenggal oleh Abdullakh Anzorov.

Akhirnya Mengaku

Sementara itu, Z tetap berpegang teguh pada kebohongannya.

Namun, akhirnya polisi memberi tahu Z bahwa beberapa teman sekelasnya telah mengonfirmasi bahwa Z tak hadir di kelas.

Bahkan, menurut siswa lain, Samuel Paty tidak menginstrusikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas seperti yang ia klaim.

Kemudian, saat itulah Z akhirnya mengakui kebohongannya.

Para penyelidik dilaporkan menyatakan, Z menderita inferiority complex dan mengabdi pada ayahnya.

Pengacara Z, Mbeko Tabula menegaskan, tragedi tersebut tak boleh jatuh pada pundak seorang gadis berusia 13 tahun.

Tabula menyatakan kepada Le Parisien, semua tragedi itu disebabkan perilaku ayahnya Z yang berlebihan.

"Klien saya berbohong, tetapi meskipun itu benar, reaksi ayahnya masih tidak proporsional," imbuh Tabula.

Chnina, yang tengah diselidiki lantaran 'terlibat dalam pembunuhan teroris', menyatakan kepada polisi bahwa ia merasa bodoh.

“Saya tidak pernah mengira pesan saya akan dilihat oleh teroris. Saya tidak ingin menyakiti siapa pun dengan pesan itu,” ujar Chnina.

“Sulit membayangkan bagaimana kita sampai di sini bahwa kita kehilangan seorang profesor sejarah dan semua orang menyalahkan saya,” imbuh Chnina.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Anindya, KOMPAS.COM/ Danur Lambang Pristiandaru)

Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul Tragedi Pemenggalan Guru Samuel Paty di Perancis, Berawal dari Kebohongan Siswi Berusia 13 Tahun

Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved