Nilai Shalat Tercermin pada Perilaku, Ceramah Peringatan Israk Mikraj di Masjid Raya

Shalat adalah perintah Allah SWT kepada hamba-Nya yang memiliki akal sehat. Jika shalat lima waktu dalam sehari semalam ditunaikan

Editor: bakri
DOK DINAS SYARIAT ISLAM ACEH
Jamaah mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Dosen UIN Ar-Raniry, Dr H A Mufakhir Muhammad MA pada peringatan Israk Mikraj Nabi Muhammad SAW Tahun 1442 Hijriah di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Rabu (10/3/2021) malam. 

BANDA ACEH - Shalat adalah perintah Allah SWT kepada hamba-Nya yang memiliki akal sehat. Jika shalat lima waktu dalam sehari semalam ditunaikan dengan baik, maka setiap muslim hidupnya akan aman, tertib, dan teratur. Dengan kata lain, nilai-nilai yang terkandung dalam shalat akan tercermin dalam perilaku orang yang melaksanakan ibadah tersebut.

Demikian antara lain disampaikan Dosen Ilmu AlQuran dan Tafsir Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Dr H A Mufakhir Muhammad MA, saat menjadi penceramah pada peringatan Israk Mikraj Nabi Muhammad SAW 1442 Hijriyah, di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Rabu (10/3/2021) malam. “Kalau orang yang shalatnya baik, maka akan baik pula perilakunya,” ujar Dr Mufakkir.

Peringatan Israk Mikraj tersebut dilaksanakan Pemerintah Aceh melalui Dinas Syariat Islam Aceh, bekerja sama dengan Panitia Penyelenggara Peringatan Hari-Hari Besar Islam (P3HBI) Aceh. Karena masih dalam suasana pandemi Covid-19, acara yang dilaksanakan dalam masjid tersebut berlangsung secara sederhana dengan tetap menerapkan protokol kesehatan (protkes). Selain itu, panitia juga tidak mengundang masyarakat dalam jumlah banyak untuk hadir pada acara yang dimulai setelah shalat Magrib tersebut.

“Kita hanya mengundang sejumlah kepala SKPA, selebihnya adalah jamaah yang melaksanakan shalat Magrib bersama. Kegiatannya hanya pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh Ustaz Hamli Yunus, sambutan Gubernur Aceh yang dibacakan Asisten I Setda Aceh, Bapak Dr M Jafar SH MHum, dan ceramah Israk Mikraj yang disampaikan oleh Dr H A Mufakhir Muhammad MA,” jelas Kepala Dinas Syariat Islam, Dr EMK Alidar SAg MHum, menjawab Serambi, Kamis (11/3/2021) malam.

Dalam ceramah berjudul ‘Aktualisasikan Nilai Shalat Dalam Membentuk Karakter Masyarakat yang Islami,’ Dr Mufakhir mengawali tausyiahnya dengan mengutip Firman Allah dalam Surat Al-Isra’ ayat 79 yang artinya, “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam, dan dirikan pula shalat Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan oleh malaikat.”

Menurutnya, shalat lima waktu yaitu Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Shubuh sudah diwajibkan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang sudah beriman. Semua rukun Islam dan hukum-hukumnya datang melalui wahyu, kecuali shalat. “Shalat diwajibkan dengan perintah langsung dari Allah Azzawajalla. Sebab, shalat merupakan alat penghubung langsung antara bumi dan langit, dan merupakan kontak antara hamba dengan Allah Rabbal ‘Alamiin,” jelas Dr Mufakhir.

Shalat, lanjutnya, juga sebagai simbol dari pengabdian manusia kepada Allah yang Maha Besar, Maha Agung, dan Maha Mulia. Karena itu, sebut Mufakhir, mengaktualisasikan nilai-nilai shalat dalam membentuk karakter, akhlak, dan etika masyarakat yang islami adalah sesuatu yang harus diwujudkan dalam kehidupan ini.

“Shalat adalah ibadah yang dapat mendekatkan hamba dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Jadi, mari kita belajar mengaktualisasikan nilai-nilai shalat dalam kehidupan kita. Shalat adalah perintah Allah kepada hamba-Nya yang sehat akalnya. Lima kali sehari ditunaikan dan diamalkan, insyaAllah akan menjadikan umat Islam yang Mushallin, hidupnya aman, tertib dan teratur, mabrur dalam nilai-nilai islami yang terpatri dari nilai shalat yang diamalkan setiap hari,” ungkapnya.

Dalam ceramahnya, Dr Mufakhir juga mengulas tentang sejarah Israk Mikraj. Ia menjelaskan, Israk dan Mikraj adalah satu mukjizat bagi Rasululullah Muhammad SAW, Hamba Mulia yang sangat mulia, hingga diperjalankan oleh Allah SWT pada suatu malam dari Masjidil Haram, Mekkah al-Mukarramah ke Masjidil Aqsha di Palestina, hingga ke Sidratul Muntaha.

Agar umat Islam dan yang belum Islam percaya dengan peristiwa ini, sambung Dr Mufakhir, Allah SWT menjelaskan dalam Alquran Surat An-Najmi ayat 1-18 yang artinya. “Demi bintang ketika terbenam, Kawanmu Muhammad tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas dan Jibril itu menampakkan diri dengan wajah yang asli, sedang ia berada di ufuq yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat dengan Muhammad, sehingga jaraknya sekitar dua busur panah atau lebih dekat lagi.

Lalu ia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) ingin membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu dalam rupanya yang asli, pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha di dekatnya ada surga tempat tinggal, Muhammad melihat Jibril ketika Sidaratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya Muhammad tidak berpaling dari apa yang dilihatnya, dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Rabb-Nya yang paling besar.”

“Semoga dengan ayat-ayat ini bertambah keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Dan peristiwa Israk dan Mikraj adalah suatu mukjizat besar yang diberikan Allah SWT kepada Nabiullah Warasulullah Muhammad SAW,” harap Dr Mufakhir menutup ceramahnya.

Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten I Setda Aceh, Dr M Jafar SH MHum, dalam sambutannya mengatakan, meski dilaksanakan dalam kondisi yang terbatas akibat pandemi Covid-19 yang belum berakhir, namun tentunya tidak mengurangi makna dari peringatan Israk Mikraj Nabi Muhammad tahun ini.

M Jafar menjelaskan, Israk dan Mikraj Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu bukti kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Dimana Allah SWT memperjalankan Rasulullah hingga menembus dimensi ruang dan waktu. Adapun misi besar perjalanan Nabi Muhammad, sebutnya, adalah untuk menerima secara langsung perintah shalat lima waktu tanpa melalui perantara siapapun. Perjalanan itu sekaligus menunjukkan betapa pentingnya makna shalat bagi kehidupan umat muslim.

Karena itu, menurut M Jafar, tema peringatan Israk Mikraj kali ini yaitu ‘Aktualisasikan nilai shalat dalam membentuk karakter masyarakat yang Islami” merupakan topik yang sangat tepat dalam menyikapi kondisi masyarakat Aceh sekarang. Dimana, nilai-nilai ibadah shalat yang dikerjakan setiap hari, harus menjelma dalam karakter masyarakat. Sehingga akan terwujud suatu tatanan masyarakat islami yang mampu meraih capaian terbaik di dunia dan akhirat kelak.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved