Kisah Kakek Miskin, Setiap Hari Berenang di Sungai Cari Rongsokan, Sempat Temukan Emas dan Mayat
Suparno sudah melabuhkan pelampung yang berbentuk seperti perahu yang terbuat dari sterofoam bekas pembungkus kulkas.
Sembari duduk di samping gerobaknya yang terparkir di pinggir Jalan Manggarai Selatan, Pak Kentir bercerita bahwa dirinya telah merantau ke Jakarta sejak 1967.
Awalnya, ia tinggal di desa Gudo, Jombang, Jawa Timur.
"Waktu itu ke sini (Jakarta) tahun 1967 abis G 30 S, takut sendiri. Masalahnya saya waktu itu kan (aktif) kesenian, itu dibilangnya PKI. Dulu ikut sempet ikut kesenian ludruk, di Jombang kan khasnya Ludruk," kata Pak Kentir.
Tahun 1987 pun menjadi tahun yang monumental bagi Pak Kentir.
Istrinya meninggal dunia.
Sementara itu, anak bontotnya masih bayi.
"Saya waktu itu saya lagi stres, mikirin anak, bini ga ada. Gini (cari sampah di sungai) ngikut temen," kata Pak Kentir.
Awalnya ia mencari barang-barang rongsok di Jakarta sejak tahun 1987.
Pak Kentir diajak teman-temannya untuk mencari barang-barang rongsokan dan sampah.
Pekerjaan yang jauh dari idaman para remaja ibu kota itu Pak Kentir jalani dengan penuh semangat.
"Yang penting saya ga melanggar hukum. Apalagi waktu itu anak-anak masih kecil-kecil semua. Yang satu kelas dua SD, satu TK, satu masih orok. Coba?," ujar Pak Kentir.

Periode tahun 1987-2004 adalah tahun-tahun kerja keras bagi Pak Kentir.
Setiap subuh ia sudah keluar dari peraduannya untuk mencari barang-barang rongsok.
"Tahun 1987-2004 nyarinya mati-matian. Berangkat subuh, pulang dini hari. Abis itu timbang, abis makan, tidur. Ga dapat duit pulang," tambah Pak Kentir.
Penghasilan Pak Kentir tak tentu setiap harinya.